KIAI DAN FOTO
“Siapakah kiai yang paling kerap tampil lewat foto?”
Andai pertanyaan demikian diajukan kepada saya, dengan
spontan saya akan menjawab, “Gus Mus!”
Anda tidak percaya? Silakan minta masukan kepada saudara
Google atau tanya kepada Facebook. Minggu ini, misalnya, foto-foto Gus Mus yang
sedang menerima tamu dari Jakarta, yang juga sahabat beliau ketika sedang
menimba ilmu di Kairo, Mesir: K.H. Prof. Dr. Habib Quraish Shihab (dan
keluarga), merupakan salah satu “trending photos”.
Entah kenapa, hati saya merasa bahagia begitu melihat
foto-foto kunjungan mantan menteri agama dan keluarga tersebut kepada Gus Mus
di tempat kediamannya di Leteh, Rembang, Jawa Tengah. Melihat foto-foto
tersebut, saya segera dapat “menangkap” keakraban di antara dua tokoh tersebut.
Selain itu, segera pula saya dapat menangkap masih kuatnya kultur pesantren
yang mewarnai kunjungan tersebut: Gus Mus meminta kepada K.H. Prof. Dr. Habib Quraish
Shihab untuk berdoa. Permintaan doa oleh shahib al-bait kepada seorang
tamu yang sedang berkunjung merupakan kultur yang biasa dilakukan oleh para
kiai. Mereka sangat sadar, doa tamu yang termasuk kategori musafir meripakan
doa yang mustajab.
Kini, kita kembali kepada Gus Mus. Mengapa saya memilih
beliau sebagai kiai yang sangat sadar “peran” foto? Saya mulai “memantau”
kegemaran beliau berfoto (nyuwun agunging pangapunten, Gus) ketika saya
masih menjadi santri di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak Yogyakarta (1972-1975). Kala itu,
saya tinggal satu gotakan (kamar) bersama adik kandung Gus Mus: Gus Adib
Bisri (almarhum). Nah, suatu ketika, selepas Gus Adib kembali dari mudik ke
Rembang, Gus Adib membawa tiga album
penuh foto-foto. Ternyata, album-album itu milik Gus Mus.
Lewat album-album itulah saya tahu “kisah” Gus Mus ketika
sedang menimba ilmu di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Saya ingat,
misalnya, bagaimana gaya beliau ketika sedang mengikuti kegiatan di Kedutaan
Besar Republik Indonesia di Kairo. Dapat dikatakan, Gus Mus kala itu adalah seorang
mahasiswa fotogenik: senantiasa tampil menawan ketika berfoto. Dari foto-foto
itu saya juga ingat beberapa kawan seangkatan beliau menimba ilmu di ibu kota
Mesir itu. Antara lain Gus Dur, K.H. Prof. Dr. Habib Quraish Shihab, dan. K.H.
Abdullah Syukri Zarkasyi Gontor.
Selintas, foto-foto Gus Mus itu tidak banyak manfaatnya.
Mungkin, bagi sebagian orang demikian. Tapi, bagi saya pribadi, foto-foto
itu telah berjasa dalam memberikan
motivasi kepada saya untuk menimba ilmu sampai
jauh ke negeri orang. Karena terpikat dengan foto-foto Gus Mus ketika
sedang menimba ilmu di Mesir, saya pun sejak masih sebagai santri punya
keinginan kuat untuk mengikuti jejak Gus Mus: menimba ilmu di Mesir.
Matur nuwun, Gus Mus. Semoga tetap tidak jemu berfoto nggih.
Salam.