TELADAN
Merupakan kebiasaan saya nyaris setiap hari (kecuali ketika
dalam keadaan letih), manakala sedang berada di rumah, dini hari sekitar pukul
tiga pagi saya telah terjaga dari tidur. Setelah bangun, saya senantiasa
membiasakan diri shalat malam (mohon maaf, tidak bermaksud pamer alias riya’),
membuka jendela-jendela dan pintu-pintu rumah, dan kemudian menulis, menulis,
dan menulis hingga menjelang waktu shalat Shubuh tiba. Alhamdulillah, dengan
kebiasaan yang demikian, hidup terasa bermanfaat, nyaman, dan sehat.
Entah kenapa, dini hari tadi, ketika sedang menikmati
suasana di luar rumah dari balkon di rumah, tiba-tiba dalam benak saya muncul
pertanyaan, “Dari manakah kebiasaan yang baik dan indah ini?”
Ternyata, kebiasaan yang demikian itu dengan tidak sadar
saya teladani dari tiga kiai. Yang pertama, dari KH. Ahmad Zein Dahlan (ayah
saya, seorang kiai di Kota Blora, Jawa Tengah). Ayah saya ini memiliki
kebiasaan: setiap hari, sekitar pukul tiga pagi telah terjaga dari tidur.
Setelah terjaga, ayah lalu mandi (demikian setiap hari), kemudian melaksanakan shalat
malam, dan kemudian membuka semua jendela dan pintu rumah. Selepas itu, ayah
menuju masjid untuk melaksanakan shalat
Shubuh sebagai Imam shalat. Seusai melaksanakan shalat Shubuh, ayah
lantas mengajar para santri. Yang kedua, KH. Abu Ammar, seorang kiai di Kota
Kudus, Jawa Tengah. Ketika sedang menimba ilmu di pesantren beliau, nyaris
setiap hari saya melihat beliau sekitar pukul tiga pagi telah terjaga dari
tidur. Setelah melaksanakan shalat malam, beliau lantas menulis, menulis, dan
menulis hingga waktu shalat Shubuh tiba. Seperti halnya ayah, seusai
melaksanakan shalat Shubuh, beliau juga lantas mengajar para santri. Yang
ketiga, KH. Ali Maksum, seorang kiai di Pondok Pesantren Krapyak, Jogjakarta.
Seperti halnya ayah dan KH. Abu Ammar, nyaris setiap hari beliau telah terjaga dari
tidur pada pukul tiga pagi. Setelah mandi dan melaksanakan shalat malam, beliau
lantas mengelilingi seluruh penjuru pondok pesantren untuk mengajak para santri
melaksanakan shalat Shubuh berjamaah.
Seusai melaksanakan shalat Shubuh, seperti halnya ayah dan KH. Abu Ammar,
beliau lantas mengajar para santri hingga pukul enam pagi.
Yang menarik, tiada satu pun di antara ketiga kiai itu yang
suka menggembar-gemborkan kebiasaan mereka yang baik dan indah itu. Tetapi,
mereka tidak jemu-jemunya memberikan teladan dan contoh dengan tindakan dan
perbuatan yang nyata. Nyaris setiap hari. Hasilnya luar biasa: kebiasaan itu
pun “menular” tanpa dipaksakan kepada para santri.
Menyadari hal itu, selepas shalat Shubuh hari ini, saya pun
berdoa, kiranya Allah Swt. memberikan balasan kepada tiga kiai tersebut, atas
jasa mereka dalam memberikan teladan yang baik dan indah tersebut.
Hikmah: penanaman nilai-nilai yang luhur lebih efektif dengan
teladan yang nyata. Bukan dengan ucapan.
No comments:
Post a Comment