Tuesday, February 12, 2013


TELADAN

Merupakan kebiasaan saya nyaris setiap hari (kecuali ketika dalam keadaan letih), manakala sedang berada di rumah, dini hari sekitar pukul tiga pagi saya telah terjaga dari tidur. Setelah bangun, saya senantiasa membiasakan diri shalat malam (mohon maaf, tidak bermaksud pamer alias riya’), membuka jendela-jendela dan pintu-pintu rumah, dan kemudian menulis, menulis, dan menulis hingga menjelang waktu shalat Shubuh tiba. Alhamdulillah, dengan kebiasaan yang demikian, hidup terasa bermanfaat, nyaman, dan sehat.

Entah kenapa, dini hari tadi, ketika sedang menikmati suasana di luar rumah dari balkon di rumah, tiba-tiba dalam benak saya muncul pertanyaan, “Dari manakah kebiasaan yang baik dan indah ini?”

Ternyata, kebiasaan yang demikian itu dengan tidak sadar saya teladani dari tiga kiai. Yang pertama, dari KH. Ahmad Zein Dahlan (ayah saya, seorang kiai di Kota Blora, Jawa Tengah). Ayah saya ini memiliki kebiasaan: setiap hari, sekitar pukul tiga pagi telah terjaga dari tidur. Setelah terjaga, ayah lalu mandi (demikian setiap hari), kemudian melaksanakan shalat malam, dan kemudian membuka semua jendela dan pintu rumah. Selepas itu, ayah menuju masjid untuk melaksanakan shalat  Shubuh sebagai Imam shalat. Seusai melaksanakan shalat Shubuh, ayah lantas mengajar para santri. Yang kedua, KH. Abu Ammar, seorang kiai di Kota Kudus, Jawa Tengah. Ketika sedang menimba ilmu di pesantren beliau, nyaris setiap hari saya melihat beliau sekitar pukul tiga pagi telah terjaga dari tidur. Setelah melaksanakan shalat malam, beliau lantas menulis, menulis, dan menulis hingga waktu shalat Shubuh tiba. Seperti halnya ayah, seusai melaksanakan shalat Shubuh, beliau juga lantas mengajar para santri. Yang ketiga, KH. Ali Maksum, seorang kiai di Pondok Pesantren Krapyak, Jogjakarta. Seperti halnya ayah dan KH. Abu Ammar, nyaris setiap hari beliau telah terjaga dari tidur pada pukul tiga pagi. Setelah mandi dan melaksanakan shalat malam, beliau lantas mengelilingi seluruh penjuru pondok pesantren untuk mengajak para santri melaksanakan shalat  Shubuh berjamaah. Seusai melaksanakan shalat Shubuh, seperti halnya ayah dan KH. Abu Ammar, beliau lantas mengajar para santri hingga pukul enam pagi.

Yang menarik, tiada satu pun di antara ketiga kiai itu yang suka menggembar-gemborkan kebiasaan mereka yang baik dan indah itu. Tetapi, mereka tidak jemu-jemunya memberikan teladan dan contoh dengan tindakan dan perbuatan yang nyata. Nyaris setiap hari. Hasilnya luar biasa: kebiasaan itu pun “menular” tanpa dipaksakan kepada para santri.

Menyadari hal itu, selepas shalat Shubuh hari ini, saya pun berdoa, kiranya Allah Swt. memberikan balasan kepada tiga kiai tersebut, atas jasa mereka dalam memberikan teladan yang baik dan indah tersebut.

Hikmah: penanaman nilai-nilai yang luhur lebih efektif dengan teladan yang nyata. Bukan dengan ucapan. 

No comments: