PICKTHALL:
Penerjemah Al-Quran yang Putra
Seorang Pendeta
Tentu kita semua tahu, Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. di
bulan mulia seperti saat ini: bulan Ramadhan. Kemudian, dengan tersebarnya
Islam ke berbagai penjuru dunia, Kitab Suci itu pun diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa dunia, antara lain bahasa Inggris. Nah, salah satu penerjemah ke
dalam bahasa yang dipakai ratusan juta anak manusia itu adalah Muhammad Marmaduke William Pickthal (1292-1355 H/1875-1936 M). Terjemahannya tersebut terkenal puitis
dan akurat.
Kini, siapakah penerjemah Al-Quran tersebut?
Pickthall lahir pada Rabu, 1 Rabi‘ Al-Awwal 1292 H/7 April 1875
M, sebagai putra pasangan suami-istri Pendeta Charles Grayson Pickthall dan
Mary O’Brien ini. Dididik di Harrow, novelis yang disanjung D.H Lawrence,
H.G Wells, dan E.M Forster ini lahir di lingkungan sebuah keluarga
Inggris kelas menengah yang akar keluarganya adalah seorang ksatria di masa
William Sang Penakluk, Roger de Poictu. Ketika ia berusia lima tahun,
ayahandanya berpulang. Selepas itu, keluarganya pindah ke London. Di ibukota
itulah ia menempuh pendidikan dasar dan menengah. Selama meniti pendidikan
tersebut, ia gemar
mendaki gunung. Kegiatan itu memertemukannya dengan Muriel Smith, seorang gadis cantik yang kelak menjadi pendamping hidupnya.
Ketika
Pickthall berusia delapan belas tahun, karena ingin memelajari bahasa Arab
dengan harapan jika dapat menguasai bahasa itu ia dapat bekerja di Konsulat Inggris di
Palestina, ia pun bertolak ke Asia. Port Said, sebuah kota pelabuhan di Mesir, adalah
kota di Asia yang pertama kali ia singgahi. Selepas belajar bahasa Arab kepada
seorang mu‘allim di kota pelabuhan itu, ia kemudian menuju Jaffa. Dengan
senantiasa mengenakan
baju tradisonal warga
setempat, ia kemudian hidup di tengah-tengah masyarakat Palestina. Perjalanan
hidupnya selanjutnya mengantarkannya ke Kota Damaskus. Di kota yang pernah
menjadi ibukota Dinasti Umawiyyah itu, ia kian mendalami bahasa Arab dan
sejarah Islam. Tetapi, segera
perhatiannya terarah pada Al-Quran, karena pengaruh karya-karya Thomas Traherne
dan Gerard Winstanley.
Selama
bermukim di Damaskus ini, sejatinya Pickthall ingin memeluk Islam. Namun, Imam
Masjid Umawi kala itu menyarankan kepadanya, agar ia tidak memeluk Islam sebelum meminta masukan kepada
ibundanya. Ia pun kembali ke negerinya tanpa memeluk Islam. Tidak lama setiba
di negerinya, ia kemudian menikahi Muriel Smith pada Rabi‘ Al-Akhir 1314
H/September 1896 M. Tidak lama selepas
menikah, ia menapakkan kaki menuju Jenewa, Swiss. Di kota itu, lahir beberapa
novelnya: Monsieur le President, The Word of an Englishman, dan Said
the Fisherman. Selepas balik ke negerinya, lahir novel-novelnya Enid
dan The House of Islam.
Pada
1327 H/1909 M Pickthall kembali menapakkan kaki ke Mesir. Kota Alexandria adalah kota
pertama yang ia kunjungi. Kunjungannya ke acara mawlid Sayyid Ahmad
Al-Badawi di Thantha memberikan inspirasi baginya dalam menyusun
karya berikutnya, Children of the Nile. Kemudian, ketika Perang Dunia I
pecah, ia kembali ke Inggris. Selama di negerinya, lahir novel-novelnya Larkmeadow
dan Veiled Women. Perjalanan hidupnya selanjutnya mengantarkannya ke
Turki. Di negeri terakhir itu, lahir karya-karyanya With the Turk in Wartime
dan The Early Hours. Dan, selepas kembali ke tanah airnya, pada Ahad, 11
Muharram 1333 H/29 November 1914 M Pickthall memberikan ceramah dengan
judul “Islam and Progress”. Selepas itu, ia mantap untuk memeluk Islam.
Langkahnya ini diikuti istrinya, Muriel Smith. Sejak itulah, ia menjadi
aktivis “Islam Society” di Woking dan London. Pada masa ini, ia ikut mengelola
koran mingguan The Muslim Outlook.
India
adalah negara berikut yang dikunjungi Pickthall, untuk menjadi editor Bombay
Chronicle. Ia tiba di negeri itu pada 1338 H/1919 M. Selain menjadi editor,
ia juga menjadi khatib shalat Jumat dan belajar bahasa Urdu. Pada 1342 H/1924
M, karena Bombay Chronicle dilarang terbit, ia beralih profesi menjadi kepala
sekolah di Hyderabad. Selain itu, ia juga menerbitkan jurnal Islamic Culture
dan melahirkan karya-karyanya Dust and the Peacock Throne dan The
Cultural Side of Islam. Selama bermukim di Hyderabad itu pula, ia
menerjemahkan Al-Quran yang kemudian terbit dengan judul The Meaning of the
Glorious Koran.
Selepas
bermukim di anak benua India sekitar lima belas tahun, pada 1354 H/1935 M Muhammad
Marmaduke William Pickhthal meninggalkan Hyderabad dan kembali ke Inggris. Dan,
sekitar setahun kemudian, tepatnya pada Selasa, 27 Shafar 1355 H/19 Mei 1936 M,
ia berpulang di St. Ives karena trombosis koroner yang ia derita. Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji‘ûn. Kiranya, amal-amalnya diterima Allah Swt. Amin ya Rabb
Al-‘Alamin.