“Mas, siapa itu nama perempuan yang jatuh cinta kepada Nabi Yusuf a.s.?” tanya seorang sahabat yang direktur sebuah penerbitan, selepas lama berbincang dengan penulis tentang pelbagai hal, kepada penulis beberapa waktu yang lalu.
“Zulaikha, itulah nama yang biasanya disebut,” jawab penulis yang gak tahu ke mana arah pertanyaan sahabat yang pencinta buku dan film itu. “Bang, sejatinya nama itu sendiri tidak dikemukakan dalam Al-Quran loh. Tentang perempuan ini, Al-Quran antara lain mengemukakan, ‘Dan perempuan (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu seraya berucap, ‘Marilah ke sini.’ Jawab Yusuf, ‘Aku berlindung kepada Allah! Sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.’ Sungguh, orang-orang yang zalim tidak akan beruntung. Sesungguhnya perempuan itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan perempuan itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah agar Kami memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf termasuk hamba-hamba Kami terpilih.’ (QS. Yusuf, 12: 23-24). Nama Zulaikha sendiri berasal dari kaum Muslim yang semula memeluk agama Yahudi dan Nasrani. Ada yang menyatakan, suami Zulaikha bernama Potiphar. Ia seorang penguasa kawasan San, Mesir Selatan. Ada pula yang menyatakan, Potiphar adalah seorang kepala polisi.”
“Ya, benar, Zulaikha! Zulaikha, Zulaikha, Zulaikha!”
“Kenapa sih Abang bertanya perihal Zulaikha. Apa Abang sedang terlibat dalam sebuah kisah cinta seperti kisah Yusuf dan Zulaikha?”
“Ha, ha,ha…! Enggaklah! Penasaran saja,” jawab sahabat penulis yang berasal dari Sumatera Utara itu. “Saya sungguh penasaran, bagaimanakah sih sejatinya akhir kisah cinta antara Yusuf dan Zulaikha?”
“Wallahu a’lam bi al-shawab. Terus terang, saat ini saya tak kuasa menjawab pertanyaan Abang,” jawab penulis. Apa adanya.
Entah mengapa, sejak itu pertanyaan perihal cinta Zulaikha itu senantiasa menggelayuti benak penulis, dan penulis senantiasa berusaha mencarikan jawabannya. Alhamdulillah, beberapa hari yang lalu, penulis membeli buku berjudul Cinta Bagai Anggur. Dan, alhamdulillah, dalam buku itu penulis menemukan jawaban pertanyaan sahabat penulis yang jebolan Institut Teknologi Bandung itu:
Salah satu contoh yang luar biasa dari cinta adalah kisah antara Nabi Yusuf dan Zulaikha, istri Potiphar. Konon, Yusuf adalah Nabi yang lebih bercahaya dan lebih tampan dibanding para Nabi sebelum beliau. Zulaikha langsung jatuh cinta sejak pertama kali ia melihat Yusuf. Demi cintanya kepada Yusuf, Zulaikha mengorbankan segala-galanya-harta, reputasi, maupun kedudukan. Dia begitu tergila-gila kepada Yusuf, hingga ia rela menyerahkan permata terbaik miliknya kepada siapa pun yang melaporkan hasil pengamatannya terhadap Yusuf dan menceritakan apa saja yang sedang dilakukan sosok tercintanya itu. Dia pun menjadi buah bibir di kalangan bangsawan Mesir-seorang perempuan bersuami tanpa malu-malu jatuh cinta kepada seorang budak milik suaminya.
Ketika mendengar seluruh perempuan bangsawan suka menggunjingnya, Zulaikha pun membalas mereka. Dia undang teman-temannya itu untuk datang bersantap siang. Sebagai hidangan penutup, ia hidangkan buah-buahan segar, lengkap dengan pisau tajam untuk mengupas dan memotong buah-buah itu. Kemudian, ia memanggil Yusuf. Seketika, semua perempuan di ruangan itu disergap oleh pesona ketampanan Yusuf. Begitu terpukaunya, hingga mereka benar-benar lupa dengan buah-buah yang dipotong di tangan mereka. Sehingga, mereka tidak menyadari ketika pisau-pisau itu malah mengiris tangan mereka sendiri. Zulaikha pun berkomentar, “Lihat! Sekarang, apa kalian masih menyalahkan aku?”
Bertahun-tahun kemudian, kedudukan mereka berbalik. Yusuf a.s. telah menjadi sahabat dan perdana menteri Fir’aun Mesir saat itu. Sedangkan Zulaikha, selepas dicampakkan suaminya karena skandal cintanya itu, kini meniti hidup sengsara dengan meminta-minta dan menjadi buruh kasar.
Suatu hari, Yusuf melihat Zulaikha di jalan. Yusuf saat itu mengenakan busana nan indah dari sutra, mengendarai kuda jantan nan gagah, dan dikitari para penasihat serta tentara yang bertugas sebagai pengawal pribadinya. Sedangkan Zulaikha hanya mengenakan sampiran kain lusuh. Kecantikannya telah sirna, hilang dalam tempaan kehidupan yang telah dilintasinya bertahun-tahun. Ucap Yusuf, “Zulaikha! Dulu, ketika engkau ingin menikah denganku, aku terpaksa menolakmu. Kala itu engkau adalah istri tuanku. Kini, engkau telah bebas dan aku pun bukan lagi seorang budak. Kalau engkau mau, aku akan menikahimu.”
Zulaikha balik menatap Yusuf a.s. Namun, kali ini, kedua matanya penuh cahaya. Ucapnya, “Tidak, Yusuf. Cintaku yang begitu besar kepadamu, dulu, tak lain hanyalah sebuah tirai yang ada di antara aku dan Sang Kekasih. Kini, aku telah merobek tirai itu dan mencampakkannya. Kini, aku telah menemukan Kekasihku yang sejati. Sehingga, aku tak lagi memerlukan cinta darimu!”
No comments:
Post a Comment