Sunday, December 19, 2010

Nasruddin Hoca dan 2 Perempuan Elok nan Jelita


Mulla Nasruddin Hoca, tentu Anda mengenal dia. Seperti telah dikemukakan dalam salah satu tulisan dalam blog ini, menurut kisah-kisah yang beredar, tokoh yang satu ini adalah seorang sufi jenaka yang kadang bertindak “kurang waras”.

Padahal, menurut Dr. Muhammad Rajab Al-Najjar, dalam karyanya Juha Al-‘Arabi, mulla yang satu ini sejatinya bukan sosok yang “kurang waras” alias sangat bego. Sebaliknya, ia adalah sosok yang berusaha mendekati segala persoalan yang ia hadapi dari aspek-aspek yang paling dekat dengan kebenaran dan kenyataan. Karena itu, bagi orang-orang lain yang tidak menyukai kebenaran, sosok Nasruddin Hoja merupakan sosok yang kontradiktif. Tak aneh, bila Sultan ‘Abdul Hamid II, seorang penguasa Turki, pernah melarang beredarnya “kisah-kisah tentang Nasruddin Hoca”. Sang penguasa khawatir, kisah-kisah itu dapat membangkitkan perlawanan rakyat Turki terhadap penguasa. Utamanya, penguasa yang otoriter dan salah dalam mengurus negara dan rakyat.

Perlu dikemukakan, aspek sosiallah yang paling acap mendapat sindiran dan sentilan dari Mulla Nasruddin Hoja. Salah satunya adalah kisah berikut yang mengungkapkan bahwa kala itu suap ternyata tak hanya berbentuk materi saja. Tapi, suap kadang juga berbentuk “hidangan” perempuan:

Suatu saat, ketika Mulla Nasruddin Hoca masih menjabat sebagai hakim, dua perempuan elok dan jelita menghadap kepadanya. Kemudian, salah seorang di antara dua perempuan itu berucap kepada Nasruddin, “Tuan Hakim Nasruddin! Sesuai persepakatan kerja di antara kami berdua, saya meminta perempuan itu membuatkan saya benang-benang besar seperti rambut saya ini. Tapi, ternyata, ia ingkar janji. Ia membuatkan saya benang-benang halus.

Usai berucap demikian, perempuan itu lantas melepas penutup mukanya yang bagaikan bulan purnama dan menunjukkan rambutnya yang keemasan bagaikan jalinan emas kepada Mulla Nasruddin Hoca seraya berbisik, “Nasruddin, menangkan saya.”

Perempuan kedua, yang tak kalah elok dan jelita dari perempuan pertama, pun menjawab, “Tuan Hakim Nasruddin! Berdasarkan persepakatan di antara kami berdua, benang-benang yang ia pesan sebesar kelingking saya ini. Bukan sebesar betis saya ini!"

Usai berucap demikian, perempuan kedua tersebut lantas menyingkapkan kainnya yang membalut betisnya nan putih, mulus, dan membangkitkan birahi.

Melihat perilaku dua perempuan itu, Mulla Nasruddin Hoca nyaris tak kuasa menahan diri. Tapi, selepas detak jantungnya tenang kembali, ia pun berucap kepada perempuan kedua yang elok dan jelita itu, “Sudah! Sudah! Janganlah engkau membuat benang-benang besar atau kecil yang dapat membuat jantung seperti jantungku ini tak kuat berdetak lagi!"

No comments: