Wednesday, November 21, 2012


Palestinian Diaspora

Pak Rofi’, ceritalah barang sedikit tentang bangsa Palestina. Biar kami tahu sedikit tentang perjuangan mereka!”

Demikian bunyi salah satu pesan singkat yang masuk ke telpon genggam saya. Menerima permintaan demikian, tiba-tiba kenangan ketika masih menimba ilmu di Universitas Kairo pada awal 1980-an pun “melayang-layang” dalam benak saya. Tiba-tiba dalam benak saya “terpampang” bayang-bayang beberapa teman mahasiswa  asal Palestina. Kala itu mereka, selepas berkenalan dengan saya, kerap mengajak berbincang tentang pelbagai hal. Mereka, kala itu, merupakan bagian dari “Palestinian Diaspora”, alias orang-orang Palestina di perantauan. Mereka termasuk para mahasiswa Palestina yang mendapatkan kesempatan menimba ilmu di pelbagai perguruan tinggi di Mesir. Tentu saja, mereka menimba ilmu di Negeri Piramid itu gratis. Tidak hanya itu. Mereka juga memiliki dua paspor: paspor Palestina dan paspor Mesir. Kelompok Palestinian Diaspora inilah sejatinya yang sangat ditakutkan Israel.

Mengapa Israel sangat khawatir dengan Palestinian Diaspora?

Seperti diketahui, sejak 1948 hingga dewasa ini, pelan tapi pasti, Israel kian menggerogoti kawasan yang asalnya milik bangsa Palestina. Demikian halnya, setiap kali diperlukan, Israel dengan arogannya kerap memporak-porandakan kawasan yang dihuni orang-orang Palestina di wilayah Palestina. Namun, sejatinya Israel tahu, bangsa Palestina adalah bangsa yang terkenal liat dan tangguh. Bukan saja dalam perjuangan militer dalam menghadapi Israel. Tapi, justru yang paling berat adalah di medan lain.

Seperti halnya bangsa Yahudi, yang selama ribuan tahun hidup sebagai Jewish Diaspora, banyak orang-orang Palestina yang kini “meneladani jalur kehidupan” bangsa Yahudi. Dan, bangsa Palestina juga terkenal sebagai bangsa yang sangat tangguh dan liat dalam menjalani hidup sebagai Palestinian Diaspora. Pada 1983, misalnya, ketika saya masih di Mesir, jumlah doktor Indonesia baru sekitar 1.500 orang. Sedangkan jumlah doktor Palestina di perantauan kala itu telah mencapai sekitar 3.000 orang. Padahal, mereka hidup di pengasingan. Nah, mengapa hal itu terjadi?

Menyadari posisi mereka yang menderita di negeri sendiri, mereka kemudian mencari solusi dengan hidup di perantauan.  Salah satu jalur yang mereka pilih untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka adalah dengan berjuang sebaik mungkin di bidang-bidang yang strategis di pelbagai kawasan dunia di luar Palestina. Untuk meraih keberhasilan tersebut, mereka pun berjuang untuk meraih pendidikan yang terbaik dan tertinggi yang disedikan bagi mereka. Di samping itu, mereka juga menyiapkan diri untuk menguasai pelbagai posisi strategis di bidang ekonomi dan bisnis di pelbagai kawasan Timur Tengah khususnya. Ternyata, perjuangan mereka benar-benar membuahkan hasil yang positif. Mereka kini berhasil menempati pelbagai posisi strategis di bidang perekonomian dan bisnis kawasan Timur Tengah. Di sisi lain, banyak para ilmuwan Palestina yang bertebaran di pelbagai penjuru dunia. Termasuk di Eropa dan Amerika Serikat.

Nah, karena pernah menjadi sebagai Jewish Diaspora, para penguasa Israel sangat sadar adanya kekuatan yang sangat menakutkan di hadapan mereka: Palestinian Diaspora. Bagi para penguasa Israel, lebih gampang bagi mereka untuk memporakporandakan kawasan Palestina ketimbang menghadapi Palestinian Diaspora yang bertebaran di pelbagai kawasan dunia. Yang paling ditakutkan Israel adalah manakala Palestinian Diaspora ini bersatu padu membentuk kekuatan bersama menghadapi Israel. Dewasa ini, jumlah Palestinian Diaspora sekitar 9-11 juta orang. Tentu dapat dibayangkan, bila hal itu terjadi, betapa sangat berat tantangan yang dihadapi Israel. Israel pun menyadari, pertempuran dengan Palestina akan berlangsung lama dan sangat melelahkan. Dan, bukan tidak mungkin, suatu ketika, Israel akan mengalami nasib seperti yang dialami Palestina saat ini: menjadi bulan-bulanan.  

No comments: