Wednesday, July 25, 2007

Bersama Khalifah Tour Berziarah di Seputar Kota Nabi

Selain membanyakkan beribadah di Masjid Nabawi dan Raudhah, di samping berziarah ke Makam Rasulullah Saw., jamaah Khalifah Tour pun diberi kesempatan berziarah ke pelbagai tempat historis di Kota Nabi tersebut. Karena itu, hari di jam tangan saya saat itu menunjuk hari Selasa, 3 Juli 2007, usai melaksanakan shalat subuh dan menikmati santap pagi di Al-Haram Hotel, saat waktu menunjuk sekitar setengah tujuh pagi waktu setempat, kami telah berkumpul di lobi hotel tersebut. Pilihan untuk berangkat di pagi hari memang telah dipertimbangkan matang oleh Tour Leader Khalifah Tour yang handal dan tak kenal lelah, Mas Cecep S. Hidayat, dan muthawwif (guide) yang sangat akrab dengan jamaah dan berasal dari Sumenep, Madura, Mas Abdussalam Baidhawi. Pertimbangan utamanya adalah saat itu musim panas di Arab Saudi sedang mendekati puncaknya (suhu saat itu sekitar 43 derajat Celcius).

Tepat jam 6.30 pagi waktu setempat, bus Dallah bernomor lambung 712 telah siap membawa jamaah untuk mengunjungi tempat-tempat historis tersebut. Sebelumnya, kami telah berziarah ke Makam Baqi‘ Al-Gharqad. Seperti diketahui, makam yang terletak tidak jauh dari pintu keluar Raudhah itu menjadi makam sekitar 10.000 sahabat Nabi Muhammad Saw. Menurut catatan sejarah, orang yang pertama dimakamkan di sini adalah ‘Utsman bin Mazh‘un, seorang sahabat dari kalangan Muhajirun yang terkenal saleh dan hidup sederhana, yang meninggal dunia pada 5 H/626 M. Ibrahim, putra pasangan suami-istri Nabi Muhammad Saw. dan Mariyah Al-Qibthiyyah yang berasal dari Mesir adalah orang kedua yang dimakamkan di sini. Di sini pula terdapat makam para istri beliau: ‘A’isyah binti Abu Bakar, Saudah binti Zam‘ah, Hafshah binti ‘Umar, Zainab binti Khuzaimah, Ummu Salmah binti Abu Umayyah, Juwairiyah binti Al-Harits, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, dan Shafiyyah binti Huyai. Sementara keluarga beliau yang dikebumikan di sini, selain putra-putri beliau, antara lain Al-‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib, Al-Hasan bin ‘Ali, dan ‘Ali Zain Al-‘Abidin. Sementara di antara para sahabat yang dimakamkan di sini ialah ‘Utsman bin ‘Affan, ‘Abdullah bin Mas‘ud, ‘Abdurrahman bin ‘Auf, dan Sa‘d bin Abu Waqqash. Imam Malik bin Anas juga dimakamkan di sini.

Bus Dallah yang membawa jamaah Khalifah Tour pun, tepat jam 6.35 pagi waktu setempat, bergerak menuju tujuan pertama: Masjid Quba’. Seperti diketahui, masjid yang kini semakin cantik itu adalah sebuah masjid yang didirikan oleh Sa‘d bin Khaitsumah atas pendapat dan rancangan Rasul Saw. Pembangunan ini baru usai dan menjadi tempat shalat tidak lama selepas beliau pindah dari Quba‘ ke perumahan Bani ’Adi Al-Najjar di tengah-tengah Kota Madinah pada masa Nabi Saw. Masjid tersebut diresmikan pemakaiannya oleh beliau dan beberapa sahabat. Masjid yang senantiasa dikunjungi Rasulullah Saw. (dan beliau menyatakan bahwa barang siapa shalat di masjid ini, maka ganjarannya seperti ganjaran orang yang berumrah) ini, orang seperti diketahui, termasuk masjid yang tercatat dalam Al-Quran. Mengenai masjid ini, Allah berfirman, “Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba‘) semenjak hari pertama lebih patut kalian bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS Al-Taubah [9]: 108).

Selepas dari berziarah ke Majid Quba’, perjalanan kami selanjutnya adalah menuju Bukit Uhud. Menurut catatan sejarah Islam, bukit yang satu ini merupakan lokasi salah satu perang yang diikuti Nabi Muhammad Saw. yang diuraikan cukup terinci di dalam Al-Quran. Perang ini dipicu oleh kekalahan telak kaum musyrik Quraisy dalam Perang Badar yang terjadi pada Selasa, 17 Ramadhan 2 H/13 Maret 623 M. Karena itu, mereka bertekad untuk melancarkan pembalasan. Mereka pun menyiapkan perbekalan yang cukup dan pasukan dengan senjata yang lengkap yang berjumlah tidak kurang dari 3.000 orang, di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb. Pasukan ini mendapat bantuan dari beberapa kabilah Arab lain, seperti Arab Kinanah dan Tihamah. Pada pertengahan Sya‘ban 3 H/Februari 625 M, pasukan kaum musyrik Quraisy tersebut berangkat menuju Madinah. Semula kaum Muslim tidak mengetahui persiapan pasukan itu. Nabi Muhammad Saw. sendiri baru memeroleh berita, hanya dua atau tiga hari sebelum pasukan musuh tiba di Uhud, dari Al-‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib, pamanda beliau yang kala itu telah memeluk Islam namun masih menetap di Makkah. Setelah beliau mendengar gerakan pasukan tersebut, beliau pun keluar kota disertai pasukan dengan kekuatan 1.000 orang untuk menyongsong pasukan musuh. Tetapi baru saja beliau berangkat, sekelompok kaum munafik yang dipimpin ‘Abd Allah bin Ubai yang jumlahnya hampir sepertiga pasukan itu membelot. Meski demikian, pasukan yang tetap setia kepada beliau terus berangkat bersama beliau.

Di kaki Bukit Uhud yang terletak di sebelah timur laut Kota Nabi, bertemulah kedua pasukan yang bermusuhan itu pada Sabtu, 15 Syawwal 3 H yang bertepatan dengan 30 Maret 625 M. Dalam perang ini pihak pasukan lawan kehilangan 23 orang anggotanya. Sedangkan pasukan kaum Muslim menderita kerugian yang tidak sedikit dan 70 orang kaum Muslim gugur sebagai syuhadak dalam perang ini. Hamzah bin ‘Abdul Muththalib, pamanda Nabi Muhammad Saw., termasuk yang gugur dalam perang ini. Sedang Nabi Muhammad Saw. sendiri mengalami luka-luka, sehingga gigi beliau patah dan wajah beliau berlumuran darah. Saat itu beliau bersabda, “Bagaimana mungkin suatu kaum akan memperoleh kebahagiaan, sementara mereka melukai wajah nabi mereka sehingga berlumuran darah. Padahal, dia mengajak mereka ke jalan Tuhan mereka.”

Masjid Qiblatain menjadi tujuan ziarah yang terakhir. Seperti diketahui, masjid ini pernah menjadi saksi perubahahan qiblat, yaitu arah yang dituju kaum Muslim ketika melaksanakan shalat, yaitu Ka‘bah di Makkah. Seperti diketahui, sebelum diubah menghadap arah ini, qiblat kaum Muslim ialah Bait Al-Maqdis (Masjid Al-Aqsha). Perubahan ini terjadi pada Rajab 2 H/Januari 624 M berdasarkan perintah Allah Swt. seperti tertuang dalam Al-Quran, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit. Maka, sungguh Kami akan memalingkan kamu ke qiblat yang kamu sukai. Palingkan lah mukamu ke arah Masjid Al-Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkan lah mukamu ke arahnya.” (QS Al-Baqarah [2]: 144).

Ayat tersebut diturunkan ketika Nabi Muhammad Saw. sedang melakukan shalat zuhur di Masjid Bani Salamah dengan menghadap ke arah Bait Al-Maqdis. Ketika beliau sedang melakukan rakaat kedua, turunlah perintah tersebut. Karena itu, masjid itu kemudian terkenal dengan sebutan sebagai Masjid “Qiblatain” (Dua Qiblat). Sedangkan tujuan utama perubahan qiblat ini sendiri ialah agar kaum Muslim, sebagai satu umat yang memiliki Ka‘bah yang menjadi pusat ruhaniah mereka, mengarahkan dunia dalam kebaikan yang besar. Selain itu, sebagai ungkapan bahwa kaum Muslim bukan suatu umat yang berasaskan ras atau warna kulit, melainkan suatu umat untuk meraih kebaikan dengan menyebarkan kebaikan. Meski terjadi perubahan tersebut, namun sunnah Nabi Saw. tidak pernah melupakan qiblat pertama. Sebab, Bait Al-Maqdis telah dijadikan sebagai ujung akhir pelaksanaan Isra’ dan Mi‘raj Nabi Saw. yang diawali dari Makkah. Dan dari kota itu pula lah beliau bermi‘raj ke langit tertinggi. Karena itu, Bait Al-Maqdis dipandang sebagai kota suci ketiga dalam Islam setelah Makkah dan Madinah.

Selain berziarah ke tempat-tempat historis tersebut, ada satu tempat yang senantiasa mendapat kunjungan jamaah umrah dan haji asal Indonesia: “Pasar Kurma”. Di pasar yang hanya menjajakan kurma dan “anak buahnya” itulah jamaah Khalifah Tour membeli kurma sebagai oleh-oleh yang menjadi “trade mark” Kota Nabi. Dan, selepas itu, kami pun kembali ke Al-Haram Hotel, untuk bersiap-siap melanjutkan perjalanan menuju Kota Makkah Al-Mukarramah sore harinya!

No comments: