Bandung, Ahad, 1 Juli 2007. Ketika sebuah bus pariwisata yang membawa kami (23 orang, termasuk Bpk Agus Purwadi dan Bpk Muhammad Nurdin, keduanya dosen dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB) mulai meninggalkan Kantor Khalifah Tour di Jalan Cisangkuy, Bandung, hati saya merasa sangat bahagia dan gembira. Bayang-bayang Kota Madinah Al-Munawwarah dan Kota Makkah Al-Mukarramah terasa memenuhi pelupuk mata. Entah kenapa, ketika bus yang saya naiki semakin menjauhi Bumi Parahyangan, kenangan indah ketika berziarah ke Kota Nabi bersama Prof. Dr. Doddy A. Tisnaamidjaja (alm.), mantan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Ibu pada 1992 kembali mencuat dalam benak. Terbayang gamblang oleh saya, betapa kala itu, menjelang saat shalat subuh, Pak Doddy dan Ibu tampak sangat bahagia ketika menapakkan kaki meninggalkan Wisma Indonesia, Madinah, menuju Masjid Nabawi. Dan, beliau tampak semakin bersemangat ketika telah berada di masjid tersebut dan menuju Raudhah yang terletak di antara makam Nabi Muhammad Saw. dan mimbar masjid yang mendapat predikat “Bapak Masjid” itu.
Ketika bus pariwisata yang kami naiki tiba di Bandara Internasional Sukarno-Hatta, di Cengkareng, Jakarta, 12 jamaah lain dari Jakarta (antara lain Mas Lutfi Siraj Azwar, sahabat satu kantor adik saya, Ir. Syamsuddin Dahlan MBA (alm.) di Divisi Geothermal di Unocal yang kini berubah nama menjadi Chevron) segera bergabung. Sehingga, jumlah jamaah Khalifah Tour yang bekerja sama dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Salman ITB terdiri dari 35 orang. Saya sendiri mendapat amanah berat: menjadi pembimbing ibadah umrah. Walau terasa sangat berat, amanah dari Khalifah Tour itu saya terima dengan sepenuh hati. Pengalaman selama beberapa tahun menjadi pembimbing ibadah haji dan umrah (ketika masih menjadi mahasiswa Universitas Al-Azhar dan Universitas Kairo pada awal tahun-tahun 1980-an dengan jamaahnya antara lain Bpk Haji Kalla, ayahanda Wapres RI saat ini, M. Jusuf Kalla, dan Bpk Rustam Munaf, ayahanda Fariz RM) agak menguatkan hati saya untuk menerima amanat dari Khalifah Tour itu.
Tidak lama setibanya kami di Cengkareng, kami bertemu dengan rombongan jamaah Safari Suci yang berjumlah sekitar 200 orang dan dipimpin oleh KH. Dr. Miftah Faridl dan Kang Rustam Sumarna yang sudah tiba lebih dulu. Mereka juga akan bertolak langsung menuju Madinah dengan pesawat terbang yang sama, Saudi Arabian Airlines. Di antara jamaah Safari Suci tersebut adalah Bpk Ukman Sutaryan, mantan wakil gubernur Jawa Barat, dan keluarga. Semua itu semakin memberi semangat untuk segera melaksanakan ibadah umrah tersebut.
Setelah mengalami keterlambatan sekitar satu setengah jam, akhirnya pada pukul 18.10 wib pesawat Saudi Arabian Airlines dengan no. penerbangan SV 821 pun mengangkasa dan meninggalkan tanah air tercinta serta langsung terbang menuju Madinah Al-Munawwarah. Seperti halnya merupakan kebiasaan penerbangan asal Timur Tengah pada umumnya, perjalanan itu pun dimulai dengan doa: Bismillahirrahmanirrahim. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Subhana al-ladzi sakhkhara lana hadza wa ma kunna muqrinin wa inna ila rabbina lamunqalibun. Allahumma inna nas’aluka fi safarina hadza al-birra wa al-taqwa wa min al-‘amal ma tardha. Allahumma hawwin ‘alaina safarana hadza wathwi ‘anna bu‘dah. Allahumma anta al-shahibu fi al-safari wa al-khalifati fi al-ahli. Allahumma inni a’udzu bika min wa‘tsa’i al-safari wa ka’abati al-manzhari wa su’ al-munqalabi fi al-mal wa al-ahl.
Ketika bus pariwisata yang kami naiki tiba di Bandara Internasional Sukarno-Hatta, di Cengkareng, Jakarta, 12 jamaah lain dari Jakarta (antara lain Mas Lutfi Siraj Azwar, sahabat satu kantor adik saya, Ir. Syamsuddin Dahlan MBA (alm.) di Divisi Geothermal di Unocal yang kini berubah nama menjadi Chevron) segera bergabung. Sehingga, jumlah jamaah Khalifah Tour yang bekerja sama dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Salman ITB terdiri dari 35 orang. Saya sendiri mendapat amanah berat: menjadi pembimbing ibadah umrah. Walau terasa sangat berat, amanah dari Khalifah Tour itu saya terima dengan sepenuh hati. Pengalaman selama beberapa tahun menjadi pembimbing ibadah haji dan umrah (ketika masih menjadi mahasiswa Universitas Al-Azhar dan Universitas Kairo pada awal tahun-tahun 1980-an dengan jamaahnya antara lain Bpk Haji Kalla, ayahanda Wapres RI saat ini, M. Jusuf Kalla, dan Bpk Rustam Munaf, ayahanda Fariz RM) agak menguatkan hati saya untuk menerima amanat dari Khalifah Tour itu.
Tidak lama setibanya kami di Cengkareng, kami bertemu dengan rombongan jamaah Safari Suci yang berjumlah sekitar 200 orang dan dipimpin oleh KH. Dr. Miftah Faridl dan Kang Rustam Sumarna yang sudah tiba lebih dulu. Mereka juga akan bertolak langsung menuju Madinah dengan pesawat terbang yang sama, Saudi Arabian Airlines. Di antara jamaah Safari Suci tersebut adalah Bpk Ukman Sutaryan, mantan wakil gubernur Jawa Barat, dan keluarga. Semua itu semakin memberi semangat untuk segera melaksanakan ibadah umrah tersebut.
Setelah mengalami keterlambatan sekitar satu setengah jam, akhirnya pada pukul 18.10 wib pesawat Saudi Arabian Airlines dengan no. penerbangan SV 821 pun mengangkasa dan meninggalkan tanah air tercinta serta langsung terbang menuju Madinah Al-Munawwarah. Seperti halnya merupakan kebiasaan penerbangan asal Timur Tengah pada umumnya, perjalanan itu pun dimulai dengan doa: Bismillahirrahmanirrahim. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Subhana al-ladzi sakhkhara lana hadza wa ma kunna muqrinin wa inna ila rabbina lamunqalibun. Allahumma inna nas’aluka fi safarina hadza al-birra wa al-taqwa wa min al-‘amal ma tardha. Allahumma hawwin ‘alaina safarana hadza wathwi ‘anna bu‘dah. Allahumma anta al-shahibu fi al-safari wa al-khalifati fi al-ahli. Allahumma inni a’udzu bika min wa‘tsa’i al-safari wa ka’abati al-manzhari wa su’ al-munqalabi fi al-mal wa al-ahl.
Alhamdulillah, selepas menempuh perjalanan sekitar sebelas jam, dengan mengalami sedikit cuaca buruk di langit Lahore, Pakistan, dan transit selama sekitar satu jam di Dammam, Arab Saudi, pesawat terbang yang kami naiki mendarat dengan mulus di Prince Mohammad Abd Al-Aziz International Airport, Madinah sekitar jam dua dini hari waktu setempat. Begitu menapakkan kaki di Bumi Madinah, rasa rindu untuk segera berziarah ke Masjid Nabawi dan Makam Rasulullah Saw. pun semakin membuncah. Karena itu, seraya menunggu proses urusan imigrasi yang memakan waktu sekitar dua jam, ucapan shalawat pun semakin mengisi benak dan hati saya, sementara air mata tak terasa menetes di pipi dan bibir berucap tiada henti, “Wahai Rasul! Aku datang lagi untuk mengunjungimu. Shalawat dan salam untukmu, wahai kekasih Allah!”
Dan, ketika telah berada di Al-Haram Hotel, segera saya bersujud syukur atas pelbagai kenikmatan yang telah dikaruniakan Allah Swt. dan kesempatan mengunjungi kembali Rasulullah Saw. kepada saya, “Ya Allah! Betapa begitu melimpah anugerah dan karunia-Mu atas diri hamba-Mu yang dhaif ini! Ya Allah, segala puja, puji, dan syukur hanyalah untuk-Mu semata!”
1 comment:
bagus sekali info nya
dan sangat menarik sekali
untuk dibaca
terimakasih atas info nya
Post a Comment