Thursday, February 19, 2009

Inikah Masjid Nabawi dan Kota Madinah Masa Depan?

“Duh, cantiknya!” 

Itulah ungkapan yang acap terucap dari orang-orang  yang pernah berziarah ke Madinah Al-Munawwarah dan menyaksikan Masjid Nabawi. Memang, dewasa ini, masjid yang kini memiliki luas sebesar Kota Nabi di masa Rasulullah Saw. itu tegak dengan indah dan eloknya serta menjadi landmark utama kota itu. 

Seperti diketahui, menurut torehan sejarah Islam, masjid yang pertama kali dibangun di  Kota Madinah, Arab Saudi  ini ketika pertama kali berdiri hanya memiliki  luas sekitar  4.200  hasta. Masjid yang pembangunannya  dimulai  pada Rabi' Al-Awwal  1 H/September 622 M ini didirikan di  atas  lahan yang  dibeli dari dua anak yatim, Sahl dan Suhail. Pada 7  H/628-629  M,  Nabi Muhammad Saw. memperluas masjid ini  menjadi  10.000 hasta.  Perluasan  selanjutnya pada 17 H/638  M,  yang  dilakukan Khalifah  ‘Umar  bin Al-Khaththab, membuat  masjid  ini  menjadi seluas 11.400 hasta. Pada 29 H/649 M masjid ini kembali diperluas untuk keempat kalinya oleh Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan. Sehingga, luas masjid ini mendapat tambahan 496 meter persegi. 

Di tahun-tahun 88-91 H/706-709 M Al-Walid bin ‘Abdul Malik, penguasa   ke-6   Dinasti   Umawiyyah   di   Damaskus,    Suriah memerintahkan  perluasan  dan  pemugaran  masjid  ini,  di  bawah pengawasan  ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, Gubernur Madinah kala  itu. Pada masa inilah masjid ini mulai dihiasi dengan mosaik, pualam, dan  emas. Kemudian pada 160 H/778 M, di masa pemerintahan  Al-Mahdi,  penguasa ke-3 Dinasti ‘Abbasiyyah di Irak, sayap  utara masjid ini mengalami perluasan sampai 2.450 meter persegi.  Untuk perluasan ini terpaksa dilakukan penggusuran sejumlah rumah  para sahabat Nabi Saw. 

Akibat musibah kebakaran yang menimpa masjid ini pada 654 H/1256 M,  Sultan  Al-Zhahir  Baibars  I  Al-Bunduqdari  dari  Dinasti Mamluk  di  Mesir  (memerintah antara  659-676  M/1260-1277  M) memerintahkan  pemugaran  masjid  ini.  Musibah  serupa   menimpa dan terjadi lagi pada abad 9 H/15 M. Pemugaran kali ini dilakukan Sultan  Al-Asyraf  Saifudin Qa‘it Bay,  penguasa  Mesir  dari Dinasti  Mamluk Burji (memerintah antara 873-902 H/1468-1496  M). Di  samping dipugar, luas masjid ini ditambah 120 meter  persegi. Dan,  pada  1263  H/1846  M, masjid  ini  dipugar  dan  diperluas sebanyak 1293 meter persegi, atas perintah Sultan ‘Abdul Majid I, penguasa ke-32 Dinasti Usmaniyyah di Turki (memerintah  antara 1255-1278 H/1839-1861 M). 

Penguasa  dari  keluarga Sa‘ud juga tidak mau  ketinggalan  dalam ikut  memperluas dan memugar masjid ini. Pertama,  perluasan  dan pemugaran  yang  dilakukan  Raja  ‘Abdul ‘Aziz.  Selanjutnya, perluasan  dan  pemugaran yang dilakukan di  masa  pemerintahan Raja Fahd bin ‘Abdul ‘Aziz, dengan biaya sekitar 7 miliar dolar Amerika  Serikat,  membuat  Masjid Nabawi  yang  kini  dilengkapi dengan  10 menara dan 27 kubah yang bisa bergerak  membuka  dan menutup secara otomatis sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengatur sirkulasi  udara alami ini menjadi seluas 165.000  meter  persegi dengan  kapasitas 257.000 jamaah. Dengan kata lain,  masjid  yang kini memiliki tujuh pintu gerbang utama yang dibuat dengan hiasan kaligrafi  yang diukir dari emas di Utara, Timur, dan  Barat,  di samping  dua  pintu gerbang di Selatan ini  menjadi  seluas  kota Madinah di zaman Nabi Muhammad Saw. 

Nah, bagaimanakah masa depan Masjid Nabawi dan Kota Madinah di masa depan? Menurut sebuah foto yang ditampilkan di website haramainrecordings.com, masa depan Masjid Nabawi dan Kota Madinah adalah seperti yang tampak di foto sebelah. Bagaimana komentar Anda? 

No comments: