Monday, August 6, 2012


SEPATU DAHLAN ISKAN DAN MULLA NASRUDDIN HOJA

Kemarin, ketika membaca untuk kedua kalinya sebuah buku berjudul Sepatu Dahlan, yang menuturkan dengan memikat kisah kehidupan masa belia dan muda yang perih Dahlan Iskan, Menteri Badan Usaha Milik Negara Indonesia saat ini, entah kenapa  benak saya tiba-tiba  “melayang-layang” ke Turki. Melayang-melayang ke Turki karena tiba-tiba teringat Mulla Nasruddin Hoja. Ya, teringat Mulla Nasruddin Hoja, seorang tokoh yang terkenal kocak ala si Kabayan van Jawa Barat.

Tentu Anda mengenal Mulla Nasruddin Hoja. Menurut kisah-kisah yang beredar, tokoh yang satu ini adalah seorang sufi jenaka yang kadang bertindak “kurang waras”. Padahal, menurut Dr. Muhammad Rajab Al-Najjar, dalam karyanya berjudul Juhâ Al-‘Arabî, mulla yang satu ini sejatinya bukan sosok yang “kurang waras” alias sangat bego. Sebaliknya, dia adalah sosok yang berusaha mendekati segala persoalan yang dia hadapi dari aspek-aspek yang paling dekat dengan kebenaran dan kenyataan. Karena itu, bagi orang-orang lain yang tidak menyukai kebenaran, sang mulla merupakan sosok yang kontradiktif. Tak aneh, bila Sultan ‘Abdul Hamid II, seorang penguasa Turki, pernah melarang beredarnya “kisah-kisah tentang Nasruddin Hoja”. Sang penguasa khawatir, kisah-kisah itu dapat membangkitkan perlawanan rakyat Turki terhadap penguasa. Utamanya, penguasa yang otoriter dan salah dalam mengurus negara dan rakyat.

Tentu Anda tahu pula gaya Dahlan Iskan. Ke mana-mana menteri yang satu ini kerap mengenakan sepatu kets. Nah, sepatu kets yang dikenakan Dahlan Iskan mengingatkan saya pada kisah Mulla Nasruddin Hoja berikut:

Suatu saat, Mulla Nasruddin Hoja mendapat undangan untuk menghadiri suatu perhelatan besar dan resmi. Menerima undangan kehormatan demikian, tentu saja dia menyatakan kesediaannya untuk hadir. Nah, ketika saat perhelatan itu tiba, dia pun pergi ke tempat perhelatan itu. Berbeda dengan tamu-tamu lain yang mengenakan busana yang mewah dan indah, dia datang dengan pakaian harian yang biasa ia kenakan.

Ternyata, setiba di tempat perhelatan itu, tidak seorang pun menaruh perhatian kepada Mulla Nasruddin Hoja. Malah, dia diperlakukan dengan tidak hormat. Pelayan-pelayan pun mengabaikan dia. Menengok kepada dia pun tidak. Malah, mereka tidak menyajikan hidangan apa pun kepadanya.

Menerima perlakuan demikian, Mulla Nasruddin Hoja kemudian dengan diam-diam menyelinap dari perhelatan tersebut. Tanpa seorang pun melihatnya. Lalu, dia pulang ke rumah. Setiba di rumah, ia segera mengganti pakaian yang dikenakannya dengan busana mewah nan indah: penuh pernik-pernik sangat mahal yang menunjukkan bahwa dia adalah seorang pembesar dan bangsawan. Tidak lupa dia mengenakan sepatu yang mahal harganya, jubah sutra, dan serban indah dan tinggi menjulang. Kini, tampilannya laiknya seorang sultan.

Selepas mengenakan adi busana (haute couture) ala busana para model papan atas dari Paris, Perancis, Mulla Nasruddin Hoja kemudian balik ke tempat perhelatan tadi. Berbeda dengan sebelumnya, kedatangannya kali ini disambut dengan penuh kehormatan dan sanjungan. Malah, tuan rumah meminta sang mulla agar duduk di sampingnya, di tempat VVIP (very very important person). Segera pula, tuan rumah menyilakan Mulla Nasruddin untuk menikmati hidangan nan lezat. Menerima sambutan dan ajakan demikian, tiba-tiba sang mulla melukar busana kebesarannya dan meletakkan busana itu di dekat hidangan seraya berucap, “Suruhlah makan pakaian ini! Suruhlah dia makan!”
“Tuan Nasruddin! Apa maksud Anda?” tanya tuan rumah. Sangat kebingungan.
“Bukankah pakaian ini yang Anda hormati. Bukan saya!” jawab sang mulla.

Kisah Mulla Nasruddin Hoja di atas, juga kisah sepatu kets Dahlan Iskan, seakan menyentil kita, “Janganlah melihat seseorang dari tampilannya semata!” Atau barang kali Mulla Nasruddin Hoja maupun Dahlan Iskan sangat memerhatikan dan memraktikkan pesan Nabi Saw., “Innallâha la yanzhuru ilâ ajsâmikum walâ ilâ shuwarikum, walâkin yanzhuru ilâ qulâbikum. Allah tidak memperhatikan tubuh maupun tampilan kalian. Tetapi, Dia melihat kalbu kalian.” Barang kali!


No comments: