Thursday, October 11, 2012


SEKALI LAGI: BERMIMPILAH

Mas, saya benar-benar iri dengan tempat Antum ini, dengan pelbagai kegiatannya,” demikian ucap seorang sahabat yang guru besar Universiti Islam Antarabangsa Malaysia ketika berkunjung ke rumah kami bulan lalu dan melihat pelbagai kegiatan yang ada. “Tempat ini benar-benar nyaman dan kiranya senantiasa diberkahi Allah Swt. Saya benar-benar iri lo. Tapi, juga sangat bahagia. Antum dan keluarga Antum beruntung memiliki tempat yang penuh kegiatan ini.”

Saya sendiri tidak tahu, entah kenapa setiap kerabat dan sahabat yang datang ke tempat kami, di Baleendah, Kabupaten Bandung, merasa krasan dan “iri” kepada kami. Tempat tinggal saya dan keluarga dengan lahannya sejatinya tidak terlalu besar: hanya sekitar 1.700 meter persegi. Namun, kini, tempat ini berbeda jauh dengan ketika saya dan keluarga mulai menempatinya sekitar lima tahun yang lalu. 

Kini, tempat tinggal yang saya sebut “Pondok Pesantren Mini Nun Learning Center” ini sangat nyaman: penuh dengan pohon-pohon rindang, dilengkapi dengan lima kolam ikan lele, saung, dan tempat senam, di samping taman bacaan. Di sinilah pelbagai kegiatan dilakukan, sejak pagi hingga sore: Taman Pendidikan Al-Quran (dengan murid sekitar 115 anak), Taman Kanak-Kanak (terkenal dengan sebutan TK Sekolah Alam Gaharu), senam sehat setiap Rabu dan Sabtu pagi (khususnya untuk para penderita diabetes dan orang-orang yang lanjut usia), dan pelbagai kegiatan lain (parenting, simposium kesehatan untuk masyarakat awam, dan pembinaan para ustadz/ustadzah Al-Quran).

Tentu saja “ponmin”, alias pondok pesantren mini, ini tidak terbentuk seketika. “Ponmin” ini sejatinya merupakan “mimpi” saya dan istri tercinta saya, seorang dokter spesialis penyakit dalam yang energik dan kreatif. Semula, “ponmin” itu hanya berupa lahan dengan luas sekitar 264 meter persegi. Semula, kami tidak memiliki minat sama sekali untuk memiliki lahan tersebut: lahan itu semula milik seorang pasien yang kekurangan biaya pengobatan dirinya. Ketika lahan itu ditawarkan kepada orang-orang yang sekira mampu membelinya, ternyata tidak seorang pun mau membelinya. Akhirnya, istri saya turun tangan: membeli lahan itu dengan mencicil. Lantas, karena kami tidak memerlukan lahan itu, kami pun berusaha menjualnya. Tetapi, selama bertahun-tahun tidak seorang pun yang tertarik untuk membeli lahan yang kala itu penuh dengan semak belukar.

Lantas, ketika saya dan istri “ngluyur” ke Kuala Lumpur, Malaysia dan berkunjung ke rumah seorang sahabat di Kajang, di situlah mulai muncul “ide dan mimpi gila” untuk mengubah lahan “tak berguna” itu menjadi sebuah “ponmin”. Ketika ide itu diketahui pemilik lahan sekitar 1.100 meter di samping lahan kecil kami, ternyata sang pemilik itu tertarik dengan ide tersebut. Ia pun menjual lahan itu, dengan harga murah, kepada kami. Berdirilah kemudian sebuah “ponmin” di lahan tersebut sejak Mei 2008. Kemudian, dengan berjalannya sang waktu, lahan “ponmin” pun berkembang sehingga luasnya menjadi 1.700 meter persegi. Alhamdulillah, sejak itu fasilitas “ponmin” kian lengkap (antara lain atas jasa Ustadz Budi Prayitno: Jazakumullah Ahsan Al-Jaza’, Ustadz). Tentu saja, berjalannya dan berkembangnya “ponmin” ini tidak lepas dari jasa para ustadz/ustadzah yang berjuang bersama kami, juga jasa masyarakat luas.  Jazakumullah Ahsan Al-Jaza’.

Nah, insya Allah, bulan depan, “ponmin” kami akan dilengkapi dengan sebuah bangunan baru (lihat gambarnya di atas). Penambahan bangunan tersebut juga tidak lepas pula dari kontribusi masyarakat (antara lain seorang dokter dan suaminya yang bekerja di Metrodata yang menyumbang 35 juta rupiah dan seorang nenek berusia 84 tahun yang tiba-tiba datang dan menyumbang 10 juta rupiah, Jazakumullah Ahsan Al-Jaza’). Dengan penambahan bangunan tersebut mudah-mudahan kapasitas tempat untuk anak-anak yang belajar Al-Quran dan kegiatan lain-lainnya insya Allah kian memadai.

Sekali lagi hal ini membuktikan “dahsyatnya mimpi”. Ini karena sejatinya “mimpi” adalah doa. Dan, sejatinya untuk hidup yang berbahagia dan berguna tidak hanya harus menjadi pejabat tinggi atau anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Apalagi dengan menjadi koruptor. Sejatinya, banyak jalan menuju kehidupan bahagia dan berguna bagi masyarakat yang diberkahi dan diridhai Allah Swt. Karena itu, silakan Anda “bermimpi” yang positif. 

Tentu saja tidak dengan bermimpi menjadi koruptor!

No comments: