NIKMATNYA SHALAT
Kota Dresden,
Jerman, di puncak musim dingin.
Walau dingin,
dini hari itu ia tetap melangkahkan kakinya menuju masjid untuk melaksanakan
shalat Shubuh. Ya, subuh hari itu kembali ia niatkan untuk melangkahkan kaki
menuju Uhlandstrasse 34 di mana
berdiri salah satu masjid di Dresden, sebuah kota cantik di belahan timur
negeri Jerman yang dihiasi bangunan-bangunan tua nan megah serta pemandangan
alam nan indah. Sudah dua hari terakhir sebelum itu, ia berhalangan hadir pada
jamaah shalat Shubuh, karena kondisi fisik yang sedang menurun akibat faktor
cuaca yang kurang bersahabat. Dalam minggu terakhir kala itu, udara di Kota
Dresden memang terasa terus bertambah dingin. Kisaran suhu selalu berada di
bawah titik beku. Malah, malam sebelum hari itu, temperatur telah mencapai -20
derajat celcius.
Usai menunaikan
dua rakaat shalat sunnah sebelum subuh, yang nilainya melebihi dunia dan
seisinya, segera ia kenakan sweater dan jaket tebal penahan angin maupun
dingin. Lobbi apartemen masih tampak lengang, meski waktu sudah menunjukkan
pukul setengah tujuh pagi. Seketika, ia rasakan hawa dingin menerpa wajahnya
dan menusuk hingga ke tulangnya saat pintu utama apartemen berlantai 16 itu
terbuka.
Pakaian tebal
dan sarung tangan kulit yang ia kenakan ternyata tidak cukup kuasa menahan
terpaan angin yang menambah dinginnya permulaan hari itu. Dalam kondisi seperti
itu, godaan untuk melaksanakan shalat di rumah sedemikian besar. Malah, bagi
sebagian orang, hangatnya pembaringan dan gelapnya fajar merupakan saat yang
tepat untuk memanjangkan mimpi-mimpi indahnya, hingga terbuai dan melalaikan
kewajiban utamanya kepada Allah Swt. Namun, sebaliknya, bagi mereka yang rindu
dan dirindukan Allah Swt., kesulitan seperti itu justru menambah kekuatan dan
semangat untuk dapat lulus dalam sebuah ujian yang dapat membuktikan kebenaran
imannya. Yakni dengan menjawab panggilan Allah Swt. di waktu subuh serta
berusaha menyempurnakannya dengan melaksanakannya secara berjamaah di masjid.
Ya, itulah sepenggal kisah yang disajikan
dalam buku yang saya tulis dan terima dari Penerbit Mizania, Bandung, kemarin, Nikmatnya
Shalat.
Tentu, masih banyak kisah lain yang disajikan dalam buku dengan tebal 385
halaman ini, karena setiap pasal ini selalu diawali dengan suatu kisah memikat.
Semuanya, tentu saja, berkenaan dengan shalat.
Anda mungkin tahu, hingga dewasa ini, sederet
panjang karya-karya tentang shalat
tentang telah ditulis dan disajikan dengan pelbagai pendekatan. Sebagian di
antara karya-karya itu menyajikan pembahasan mengenai shalat tersebut dalam
sebuah kajian khusus mengenai shalat, misalnya saja karya T.M. Hasbi
Ash-Shiddieqy, Pedoman Shalat, dan karya Datuk Haji M. Hashim Yahaya, Ensiklopedia
Solat. Sebagian di antara karya-karya yang lain menyajikannya dengan
pendekatan lintas mazhab, misalnya saja karya Dr. ‘Abdul Qadir Al-Rahbawi,
Al-Shalâh ‘alâ Al-Madzâhib Al-Arba‘ah.
Sebagian yang lain lagi, di antara karya-karya tersebut, menyajikannya
sebagai bagian dari sebuah karya yang menyajikan pembahasan mengenai ibadah-ibadah
dalam Islam, misalnya saja karya Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’
‘Ulûm Al-Dîn, karya Ibn Rusyd, Bidâyah Al-Mujtahid, karya Sayyid
Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, dan karya Dr. Ahsan Zaqqur, Fiqh
Al-‘Ibâdât wa Adillatuh ‘alâ Madzhab Al-Sâdah Al-Mâlikiyyah. Sebagian karya
yang lain lagi menyajikan kajian shalat menurut Sunnah, misalnya saja karya
Prof. Muhammad Zulfiqar, Prayer According to the Sunnah, dan karya Dr.
‘Abdullah ibn Muhammad ibn Ahmad Al-Thayyar, Al-Shalâh.
Sebagian karya yang lain lagi menyajikan kajian khusus mengenai salah satu
bahasan seputar shalat, misalnya seputar shalat tahajjud atau rukhshah dalam
shalat. Contoh karya-karya model yang terakhir tersebut, antara lain, adalah
karya Dr. ‘Ali Abu Al-Bashal, Rukhash fî Al-Shalâh, dan karya Dr.
Muhammad Salleh, Pesona Solat Tahajud.
Nah, berbeda dengan karya-karya di atas, karya berjudul Nikmatnya
Shalat ini menyajikan suatu pendekatan lain dalam membahas hal-hal di seputar
shalat. Dalam Nikmatnya Shalat, di samping diuraikan mengenai hukum,
tatacara, dan hikmah shala, juga disajikan pelbagai pengalaman pelaksanaan
shalat di pelbagai penjuru dunia, seperti kisah di atas. Di samping itu, juga
disajikan sederet kisah yang erat kaitannya dengan problematika shalat.
Lewat sederet pengalaman langsung, yang disajikan dalam bentuk
kisah-kisah nyata para pelakunya di pelbagai negara, diharapkan pembaca karya
yang terdiri dari tiga bagian ini dapat mengetahui dan merasakan pengalaman
nyata pelaksanaan shalat, di samping juga mengetahui pelbagai problematika pelaksanaan
shalat yang mereka hadapi, di pelbagai penjuru dunia tersebut. Selain itu,
lewat kisah-kisah itu sendiri diharapkan pembaca dapat memahami pelbagai aspek
yang berkaitan dengan shalat yang kadang sulit dilakukan. Dengan demikian,
pembaca akan dapat memahami berbagai problematika pelaksanaan tatacara shalat
di pelbagai penjuru dunia. Misalnya, pengalaman seorang perwira Angkatan Laut
Republik Indonesia ketika sedang menempuh pendidikan militer di Prancis sebagai
berikut (seperti disajikan dalam karya ini),
Nah, ketika bergeser ke BPC
Dixmude, ketika ia onboard, muncullah sebuah masalah baru. Satu kamar berenam,
hanya ia saja yang Muslim. Lima yang lain berkewarganegaraan Prancis dan
memeluk agama yang berbeda dengan agamanya. Satu-satunya tempat yang privat di
kamar adalah di atas tempat tidur, karena ada tirai yang dapat ditutup. Shalat
menjadi sulit baginya karena dua alasan. Pertama, karena di kapal itu tiada
ruangan khusus untuk shalat. Kedua, karena di kamar banyak orang berlalu
lalang. Hal itu menyulitkan dirinya
untuk melaksanakan shalat.
Terkadang, untuk melaksanakan
shalat ia harus menunggu sepi. Setiap kali melaksanakan shalat Shubuh, ia harus
bangun pagi-pagi sebelum yang lain bangun. Bukan apa-apa, karena tidak enak
mengganggu lalu lintas mereka yang hendak ke kamar mandi atau ke tempat lain.
Kalau pun tiada jalan lain, ia terpaksa menggunakan tempat tidur sebagai tempat
shalat. Shalat Zhuhur dan Ashar harus ambil waktu di antara istrirahat dua
pelajaran. Untuk melaksanakan shalat Magrib, terkadang ia harus menunggu yang
lain berangkat makan malam. Repot juga sebenarnya usahanya untuk melaksanakan
shalat di situ. Namun untuk urusan makan, kapal itu patut diacungi jempol.
Selalu ada alternatif makanan bagi yang Muslim apabila kebetulan menu saat itu
tidak halal. Tinggal bilang saja ke petugas, maka akan segera diantar jenis
makanan yang lain. Entah itu ayam, sapi, atau ikan.
Meski karya
ini merupakan sebuah karya popular, saya berharap kiranya karya ini dapat “menyajikan gambaran menyeluruh
mengenai shalat” secara ringkas
dalam bahasa yang mudah dicerna, enak dibaca, dan menunjukkan bahwa shalat
memang indah. Tentu, dalam karya ini saya tidak akan memaparkan secara terinci
landasan hukum setiap shalat yang disajikan dalam karya ini. Bagi pembaca yang
ingin mendalami lebih jauh landasan hukum setiap shalat dapat mengkajinya pada
sederet buku yang membahas secara terinci shalat dengan landasan hukumnya.
Di sisi lain,
sekali lagi, saya sepenuhnya menyadari, karya yang terdiri dari tiga bagian ini bukan
sebuah karya yang sempurna. Karena itu, apabila dalam karya ini terdapat
kekurangan dan kelemahan, sekali lagi penulis sampaikan, semua itu sepenuhnya
dari saya dan
merupakan tanggung jawab saya. Karena itu pula, kritik dan saran dari pembaca tentu senantiasa
penulis harapkan demi perbaikan ke depan. Meskipun demikian, saya senantiasa berharap
kiranya karya ini dapat menjadi setetes ilmu yang menebarkan manfaat bagi para
pembaca sekalian dan sebagai amal jariah yang diterima Allah Swt.
Dalam kesempatan
ini pula saya
tidak lupa
mengucapkan rasa terima kasih, dari relung hati terdalam, kepada para penulis kisah-kisah indah yang
berkenaan dengan shalat yang disajikan dalam karya ini, baik apakah yang mereka
sajikan dalam buku maupun blog. Kehadiran kisah-kisah indah dan nyata yang
mereka sajikan tersebut, dan kemudian saya olah kembali, tanpa meniadakan
esensinya, sehingga membentuk satu kesatuan dalam bentuk sebuah buku yang mudah
dicerna dan enak dibaca, kiranya dapat memberikan gambaran yang hidup, nyata,
dan menawan mengenai pelaksanaan shalat di pelbagai negara dan dalam pelbagai
kondisi. Sekali lagi, kisah-kisah itu merupakan bukti nyata keindahan shalat.
Di samping itu, kiranya penyajian kisah-kisah tersebut dapat membuka cakrawala
pemahaman kita mengenai praktik shalat di pelbagai kawasan dan negara.
Tentu, pada kesempatan ini, rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya saya
sampaikan kepada Penerbit Mizania, dan Tim, yang telah bekerja keras untuk menerbitkan karya
ini dan karya-karya saya sebelumnya dengan suntingan, tampilan, dan sebaran yang terbaik dan
tercantik. Dan, sekali lagi, rasa terima kasih juga saya sampaikan kepada istri tercinta dan dua putri saya atas waktu yang senantiasa mereka relakan yang
semestinya menjadi hak mereka.
Kiranya pula Allah Swt. membalas
amal kebajikan mereka. Amin.