Tuesday, May 26, 2015

CATATAN UNTUK SEORANG SAHABAT

Sore itu, dua hari yang lalu, tak lama setiba dari Ciwidey, Kabupaten Bandung, untuk menghadiri acara "family gathering" yang diadakan Sekolah Alam Gaharu, saya membuka facebook. Duh, begitu membuka media sosial tersebut, ternyata ada seorang sahabat menulis tentang diri saya. Seorang sahabat yang mantan editor sebuah penerbit di Yogyakarta itu kini bermukim di Pati, Jawa Tengah. Tulisannya berjudul "Teladan dari Penulis Buku-buku tentang Rasulullah" Dalam media sosial tersebut, ia menulis sebagai berikut,

Usianya sudah tidak muda lagi. Tapi stamina menulisnya masih terjaga dan belum tertandingi, setidaknya oleh saya yang masih muda. Kemarin ia menulis status di fb-nya: “Ya Allah, masihkah Engkau memberikan kesempatan lagi kepadaku menulis sebuah karya lain seperti karya ini? Semoga.” Di statusnya ia sertakan kover buku yang baru terbit berjudul Ensiklopedia Tokoh Muslim.

Beliau adalah teladan saya dalam dunia kepenulisan. Setiap kali malas melanda, tiba-tiba ingat wajah beliau, haha... Bagi beliau menulis sudah menjadi bagian dari hidupnya. Tidak ada hari yang tidak ia lewatkan untuk menulis, tentu saja saat sedang tidak kemana-mana, alias di rumahnya saja. Padahal hobinya adalah jalan-jalan, istilah beliau “keluyuran”. Bayangan kita keluyuran itu jalan-jalan tidak jelas, semacam cari angin. Bukan seperti itu kenyataannya. Keluyuran beliau itu menjadi guide jamaah umrah dari salah satu agen travel. Makkah dan Madinah adalah dua tempat keluyurannya beliau. Hasil keluyurannya ia bukukan yaitu Makkah dan Madinah dan Dari Istana TopKapi hingga Eksotisme Masjid Al-Azhar.

Saya baru sekali bertemu dengan beliau pada tahun 2013, yakni di kantor penerbit Mizan, Bandung. waktu itu saya diutus kantor untuk pergi ke Bandung menemui dua penulis, salah satunya adalah beliau. Kebetulan beliau ada perlu ke kantor Mizan, jadi kami janjian bertemu di sana saja. Pada saat lihat sosoknya, spontan saya berkata dalam hati, “Oh ini toh penulis buku produktif yang sering aku temui buku-bukunya di toko-toko buku.” Ada rasa bangga dan kagum. Bangga karena melihat secara langsung sosoknya. Kagum karena penampilannya biasa saja, hehe.. Ditambah karena usianya sudah kepala 6, tapi masih kencang menulisnya.

Di antara buku yang ditulisnya kebanyakan tentang Rasulullah Saw. yaitu, Muhammad Sang Kekasih, Pesan Indah dari Makkah dan Madinah, Wangi Akhlak Nabi, Rumah Cinta Rasulullah, Mutiara Akhlak Rasulullah, dan Teladan Indah Rasulullah dalam Ibadah. Oya beliau juga rajin menerjemah, salah satunya tema tentang Rasulullah juga, yaitu Muhammad Nabi Timur dan Barat. Apabila ingin melihat judul-judul yang beliau tulis dan terjemahannya juga secara lengkap, bisa dilihat di bukunya yang baru terbit, seperti Ensiklopedia Tokoh Muslim dan Kisah Para Pencari Nikmatnya Shalat.

Ada satu bukunya yang tak lama lagi akan terbit. Buku tersebut berjudul Jejak-Jejak Islam dengan subjudul Kamus Sejarah dan Peradaban Islam dari Masa Ke Masa. Proses penerbitannya saya tahu betul, mulai dari menunggu rampungnya beliau menulis buku ini, proses editing, proof reading, layouting, hingga pembuatan kovernya. Tentu saja saya tahu, karena waktu itu saya yang diberi amanah oleh bos menjadi penanggungjawab buku tersebut.

Proses Kreatif
Dalam note fb-nya beliau menceritakan proses kreatifnya. Ini mungkin bisa dijadikan bocoran rahasia produktifitas menulisnya. Setiap hari ia bangun dini hari sekitar pukul tiga pagi. Kemudian ia shalat malam. Sehabis itu, ia membuka jendela rumah dan menulis, menulis, dan menulis hingga adzan subuh. Dengan kebiasaan itu, ia merasa hidupnya bermanfaat, nyaman, dan sehat. Ternyata kebiasaannya itu terinspirasi dari tiga kiai: pertama ayahandanya, kedua, kiai asal Kudus (tenpat beliau dulu menimba ilmu), ketiga Kiai di Pondok Pesantren Krapyak. Sesuai kesaksiannya, ketiga kiai tersebut senantiasa bangun pukul tiga dini hari dan langsung beraktivitas.

Menurutnya, ketiga kiai itu tiada satu pun yang suka menggembar-gemborkan kebiasaan mereka yang baik dan indah itu. Tetapi, mereka tidak jemu-jemunya memberikan teladan dan contoh dengan tindakan dan perbuatan yang nyata. Nyaris setiap hari. Hasilnya luar biasa: kebiasaan itu pun “menular” tanpa dipaksakan kepada para santri, khususnya kepada diri beliau, yang nyata-nyata telah mewarisi kebiasaan tersebut.

Kini beliau sedang menyiapkan sebuah buku lagi yang proses penulisannya memerlukan waktu, kurang lebih 5 tahun. “... menyadari kedua mata yang "kian meredup" dan usia yang mendekati 63 tahun, saya ragu, apakah karya itu dapat saya selesaikan. Insya Allah, karya itu bermanfaat untuk semua. Karena itu, mohon doa semuanya, kiranya Allah Swt. masih memberikan kesempatan untuk merampungkan karya itu. Amin,” ujar beliau. Di kolom komentarnya lagi ia melanjutkan, “Nabi Saw. berpulang pada usia 63 tahun. Karena itu, saya ragu, tapi Insya Allah tetap akan saya lakukan, selesai atau tidak, Allah a'lam.”

Kira-kira beliau menulis buku apa ya? Kita lihat saja nanti. Menulis sepertinya sudah seperti bernapas bagi beliau. Tidak ada kata pensiun dalam berkarya. Mungkin ini yang dinamakan passion, ghirrah, himmah. Tiba-tiba saya teringat ucapan sastrawan Mesir yang bernama Naguib Mahfudz, “Andaikata keinginan menulis sempat meninggalkanku, aku ingin hari itu jadi hari terakhirku.”
Sehat selalu, Pak Ahmad Rofi' Usmani. Semoga ada kesempatan bisa main ke Baleendah, ndalem-nya beliau.[]

Ahad, 24 Mei 2015, Pkl. 21,08 WIB


Sejenak, usai membaca tulisan itu, saya terdiam. Tapi, saya tidak boleh tidak harus memberikan catatan atas tulisan itu. Karena itu, segera saya menulis suatu catatan sebagai berikut,  "Duh, mas Iqbal agak ngaco kali ini. Saya bukan penulis beken. Saya hanya orang biasa yang ingin melunasi utang kepada para ulama dan ilmuwan yang membuat wawasan saya terbuka, lewat karya-karya tulis mereka. Sebagai balas budi, saya pun berniat melanjutkan perjuangan mereka, dalam membuka wawasan sesama, dengan menulis. Apakah karya-karya saya bermanfaat atau tidak, itu bukan tugas dan wewenang saya. Apapun, terima kasih atas tulisan Mas Iqbal: bikin saya jadi ketakutan nih. Kapan ke Baleendah? Salam."

No comments: