Friday, May 8, 2015

NIKMATNYA SHALAT

Kota Dresden, Jerman, di puncak musim dingin.

Walau dingin, dini hari itu ia tetap melangkahkan kakinya menuju masjid untuk melaksanakan shalat Shubuh. Ya, subuh hari itu kembali ia niatkan untuk melangkahkan kaki menuju Uhlandstrasse 34 di mana berdiri salah satu masjid di Dresden, sebuah kota cantik di belahan timur negeri Jerman yang dihiasi bangunan-bangunan tua nan megah serta pemandangan alam nan indah. Sudah dua hari terakhir sebelum itu, ia berhalangan hadir pada jamaah shalat Shubuh, karena kondisi fisik yang sedang menurun akibat faktor cuaca yang kurang bersahabat. Dalam minggu terakhir kala itu, udara di Kota Dresden memang terasa terus bertambah dingin. Kisaran suhu selalu berada di bawah titik beku. Malah, malam sebelum hari itu, temperatur telah mencapai -20 derajat celcius.

Usai menunaikan dua rakaat shalat sunnah sebelum subuh, yang nilainya melebihi dunia dan seisinya, segera ia kenakan sweater dan jaket tebal penahan angin maupun dingin. Lobbi apartemen masih tampak lengang, meski waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Seketika, ia rasakan hawa dingin menerpa wajahnya dan menusuk hingga ke tulangnya saat pintu utama apartemen berlantai 16 itu terbuka.

Pakaian tebal dan sarung tangan kulit yang ia kenakan ternyata tidak cukup kuasa menahan terpaan angin yang menambah dinginnya permulaan hari itu. Dalam kondisi seperti itu, godaan untuk melaksanakan shalat di rumah sedemikian besar. Malah, bagi sebagian orang, hangatnya pembaringan dan gelapnya fajar merupakan saat yang tepat untuk memanjangkan mimpi-mimpi indahnya, hingga terbuai dan melalaikan kewajiban utamanya kepada Allah Swt. Namun, sebaliknya, bagi mereka yang rindu dan dirindukan Allah Swt., kesulitan seperti itu justru menambah kekuatan dan semangat untuk dapat lulus dalam sebuah ujian yang dapat membuktikan kebenaran imannya. Yakni dengan menjawab panggilan Allah Swt. di waktu subuh serta berusaha menyempurnakannya dengan melaksanakannya secara berjamaah di masjid.

Ya, itulah sepenggal kisah yang disajikan dalam buku yang saya tulis dan terima dari Penerbit Mizania, Bandung, kemarin, Nikmatnya Shalat. Tentu, masih banyak kisah lain yang disajikan dalam buku dengan tebal 385 halaman ini, karena setiap pasal ini selalu diawali dengan suatu kisah memikat. Semuanya, tentu saja, berkenaan dengan shalat.

Anda mungkin tahu, hingga dewasa ini, sederet panjang karya-karya tentang shalat tentang telah ditulis dan disajikan dengan pelbagai pendekatan. Sebagian di antara karya-karya itu menyajikan pembahasan mengenai shalat tersebut dalam sebuah kajian khusus mengenai shalat, misalnya saja karya T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Shalat, dan karya Datuk Haji M. Hashim Yahaya, Ensiklopedia Solat. Sebagian di antara karya-karya yang lain menyajikannya dengan pendekatan lintas mazhab, misalnya saja karya Dr. ‘Abdul Qadir Al-Rahbawi, Al-Shalâh ‘alâ Al-Madzâhib Al-Arba‘ah.  Sebagian yang lain lagi, di antara karya-karya tersebut, menyajikannya sebagai bagian dari sebuah karya yang menyajikan pembahasan mengenai ibadah-ibadah dalam Islam, misalnya saja karya Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulûm Al-Dîn, karya Ibn Rusyd, Bidâyah Al-Mujtahid, karya Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, dan karya Dr. Ahsan Zaqqur, Fiqh Al-‘Ibâdât wa Adillatuh ‘alâ Madzhab Al-Sâdah Al-Mâlikiyyah. Sebagian karya yang lain lagi menyajikan kajian shalat menurut Sunnah, misalnya saja karya Prof. Muhammad Zulfiqar, Prayer According to the Sunnah, dan karya Dr. ‘Abdullah ibn Muhammad ibn Ahmad Al-Thayyar, Al-Shalâh. Sebagian karya yang lain lagi menyajikan kajian khusus mengenai salah satu bahasan seputar shalat, misalnya seputar shalat tahajjud atau rukhshah dalam shalat. Contoh karya-karya model yang terakhir tersebut, antara lain, adalah karya Dr. ‘Ali Abu Al-Bashal, Rukhash fî Al-Shalâh, dan karya Dr. Muhammad Salleh, Pesona Solat Tahajud.

Nah, berbeda dengan karya-karya di atas, karya berjudul Nikmatnya Shalat ini menyajikan suatu pendekatan lain dalam membahas hal-hal di seputar shalat. Dalam Nikmatnya Shalat, di samping diuraikan mengenai hukum, tatacara, dan hikmah shala, juga disajikan pelbagai pengalaman pelaksanaan shalat di pelbagai penjuru dunia, seperti kisah di atas. Di samping itu, juga disajikan sederet kisah yang erat kaitannya dengan problematika shalat.

Lewat sederet pengalaman langsung, yang disajikan dalam bentuk kisah-kisah nyata para pelakunya di pelbagai negara, diharapkan pembaca karya yang terdiri dari tiga bagian ini dapat mengetahui dan merasakan pengalaman nyata pelaksanaan shalat, di samping juga mengetahui pelbagai problematika pelaksanaan shalat yang mereka hadapi, di pelbagai penjuru dunia tersebut. Selain itu, lewat kisah-kisah itu sendiri diharapkan pembaca dapat memahami pelbagai aspek yang berkaitan dengan shalat yang kadang sulit dilakukan. Dengan demikian, pembaca akan dapat memahami berbagai problematika pelaksanaan tatacara shalat di pelbagai penjuru dunia. Misalnya, pengalaman seorang perwira Angkatan Laut Republik Indonesia ketika sedang menempuh pendidikan militer di Prancis sebagai berikut (seperti disajikan dalam karya ini),

Nah, ketika bergeser ke BPC Dixmude, ketika ia onboard, muncullah sebuah masalah baru. Satu kamar berenam, hanya ia saja yang Muslim. Lima yang lain berkewarganegaraan Prancis dan memeluk agama yang berbeda dengan agamanya. Satu-satunya tempat yang privat di kamar adalah di atas tempat tidur, karena ada tirai yang dapat ditutup. Shalat menjadi sulit baginya karena dua alasan. Pertama, karena di kapal itu tiada ruangan khusus untuk shalat. Kedua, karena di kamar banyak orang berlalu lalang.  Hal itu menyulitkan dirinya untuk melaksanakan shalat.

Terkadang, untuk melaksanakan shalat ia harus menunggu sepi. Setiap kali melaksanakan shalat Shubuh, ia harus bangun pagi-pagi sebelum yang lain bangun. Bukan apa-apa, karena tidak enak mengganggu lalu lintas mereka yang hendak ke kamar mandi atau ke tempat lain. Kalau pun tiada jalan lain, ia terpaksa menggunakan tempat tidur sebagai tempat shalat. Shalat Zhuhur dan Ashar harus ambil waktu di antara istrirahat dua pelajaran. Untuk melaksanakan shalat Magrib, terkadang ia harus menunggu yang lain berangkat makan malam. Repot juga sebenarnya usahanya untuk melaksanakan shalat di situ. Namun untuk urusan makan, kapal itu patut diacungi jempol. Selalu ada alternatif makanan bagi yang Muslim apabila kebetulan menu saat itu tidak halal. Tinggal bilang saja ke petugas, maka akan segera diantar jenis makanan yang lain. Entah itu ayam, sapi, atau ikan.

Meski  karya ini merupakan sebuah karya popular, saya berharap kiranya karya ini dapat “menyajikan gambaran menyeluruh mengenai shalat” secara ringkas dalam bahasa yang mudah dicerna, enak dibaca, dan menunjukkan bahwa shalat memang indah. Tentu, dalam karya ini saya tidak akan memaparkan secara terinci landasan hukum setiap shalat yang disajikan dalam karya ini. Bagi pembaca yang ingin mendalami lebih jauh landasan hukum setiap shalat dapat mengkajinya pada sederet buku yang membahas secara terinci shalat dengan landasan hukumnya.

Di sisi lain, sekali lagi, saya sepenuhnya menyadari, karya yang terdiri dari tiga bagian ini bukan sebuah karya yang sempurna. Karena itu, apabila dalam karya ini terdapat kekurangan dan kelemahan, sekali lagi penulis sampaikan, semua itu sepenuhnya dari saya dan merupakan tanggung jawab saya. Karena itu pula, kritik dan saran dari pembaca tentu senantiasa penulis harapkan demi perbaikan ke depan. Meskipun demikian, saya senantiasa berharap kiranya karya ini dapat menjadi setetes ilmu yang menebarkan manfaat bagi para pembaca sekalian dan sebagai amal jariah yang diterima Allah Swt.

Dalam kesempatan ini pula saya tidak  lupa  mengucapkan rasa terima kasih, dari relung hati terdalam, kepada para penulis kisah-kisah indah yang berkenaan dengan shalat yang disajikan dalam karya ini, baik apakah yang mereka sajikan dalam buku maupun blog. Kehadiran kisah-kisah indah dan nyata yang mereka sajikan tersebut, dan kemudian saya olah kembali, tanpa meniadakan esensinya, sehingga membentuk satu kesatuan dalam bentuk sebuah buku yang mudah dicerna dan enak dibaca, kiranya dapat memberikan gambaran yang hidup, nyata, dan menawan mengenai pelaksanaan shalat di pelbagai negara dan dalam pelbagai kondisi. Sekali lagi, kisah-kisah itu merupakan bukti nyata keindahan shalat. Di samping itu, kiranya penyajian kisah-kisah tersebut dapat membuka cakrawala pemahaman kita mengenai praktik shalat di pelbagai kawasan dan negara.

Tentu, pada kesempatan ini, rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada Penerbit Mizania,  dan Tim,  yang telah bekerja keras untuk menerbitkan karya ini dan karya-karya saya sebelumnya dengan suntingan, tampilan, dan sebaran yang terbaik dan tercantik. Dan, sekali lagi, rasa terima kasih juga saya sampaikan kepada istri tercinta dan dua putri saya atas waktu yang senantiasa mereka relakan yang semestinya menjadi hak mereka.

Kiranya pula Allah Swt. membalas amal kebajikan mereka. Amin. 


No comments: