Hari ini, bagi penulis, benar-benar merupakan hari yang sangat membahagiakan. Sebuah karya, yang covernya pernah penulis kemukakan sejak Juli 2008, kini akhirnya benar-benar telah hadir di antara para pembaca budiman. Sejatinya, selama enam bulan terakhir, penulis merasa gelisah: benarkah karya ini akan sampai ke tangan para pembaca? Sebab, setelah penulis menyajikan cover tersebut dalam blog ini, Mas Dr. Haidar Bagir dari Penerbit Mizan menginginkan agar baik cover maupun tampilan buku itu diubah total menjadi sebuah buku dengan tampilan yang sangat mewah. Namun, krisis tiba-tiba datang menerpa. Akhirnya, karya itu terbit dengan cover dan tampilan semula. Alhamdulillah.
Bagaimanakah kisah karya ini, yang penulis harapkan menjadi karya masterpiece penulis, lahir? Mengapa karya ini penulis susun?
Menyusun sebuah buku tentang perjalanan hidup Rasulullah Saw., itulah sejatinya “pesan” yang memenuhi dan menggelayuti seluruh sisi benak penulis sejak Penerbit Mizania, atas inspirasi Dr. Haidar Bagir, meminta penulis untuk menyusunnya sebagai kesatuan dari buku-buku Teladan Indah Rasulullah Saw. dalam Ibadah, Mutiara Akhlak Rasulullah Saw., Rumah Cinta Rasulullah, dan Wangi Akhlak Nabi yang penulis susun dan diterbitkan oleh penerbit tersebut. Menerima permintaan demikian, yang dikemukakan Mas Ahmad Baiquni dari Penerbit Mizania, beberapa lama sebelum penulis bertolak ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji, benar-benar membuat penulis gamang dan tak kuasa menyusunnya. Mengapa demikian? Penulis sepenuhnya sadar, penulisan perjalanan hidup Rasulullah Saw. telah berlangsung lebih dari empat belas abad dan telah dilakukan oleh banyak penulis yang terkenal pakar di bidang tersebut.
Seperti diketahui, perjalanan hidup Rasulullah Saw. telah di“abadikan” dalam karya-karya yang kemudian lebih terkenal dengan sebutan “Sîrah”. Karya-karya mengenai perjalanan hidup Rasulullah Saw. ini, di permulaan perkembangannya, merupakan bagian dari hadis. Di antara para ahli hadis ada yang mengkhususkan diri mencatat sejarah perjalanan hidup beliau. Mereka akhirnya lebih terkenal sebagai penulis perjalanan hidup beliau daripada sebagai ahli sejarah atau hadis. Lantas, pada abad kedua H/8 M dan ketiga H/9 M, di pelbagai kawasan dunia Islam bermunculan para penulis sîrah Rasulullah Saw. Misalnya, ‘Urwah bin Al-Zubair, Musa bin ‘Uqbah, Ibn Ishaq, dan Ibn Sa‘d. Kebanyakan di antara mereka telah membebaskan diri dari tata-aturan yang disusun para ahli hadis dalam menuturkan suatu riwayat. Sedangkan di abad keempat H/10 M dapat dikatakan tak muncul sîrah yang patut mendapat perhatian. Baru pada abad-abad berikutnya terbit karya-karya baru tentang perjalanan hidup Rasulullah Saw. yang patut dikemukakan. Misalnya, karya Ibn Faris, Aujâz Al-Sair li Khair Al-Basyar, Ibn Hazm, Jawâmi‘ Al-Sîrah, dan Ibn ‘Abdul Bar Al-Qurthubi, Al-Durar fi Ikhtishâr Al-Maghâzi wa Al-Sair.
Di samping dalam bentuk biografi murni, karya-karya tentang perjalanan hidup Rasulullah Saw. banyak dituangkan dalam salah satu bagian sebuah karya sejarah atau biografi sejumlah tokoh. Walau demikian, tulisan seperti itu tak kalah dalam dan memikat. Di sisi lain, karya-karya di masa itu relatif hampir sewarna, karena karya-karya itu mendasarkan diri pada sumber acuan yang hampir sama. Hampir tak ditemukan adanya analisis atau kritik terhadap peristiwa yang disajikan. Karya-karya itu memang lebih bercorak deskriptif. Berbeda dengan biografi-biografi Rasul Saw. yang disusun di zaman modern.
Di zaman modern, perjalanan hidup Rasulullah Saw. tak hanya mendapat perhatian dari kalangan kaum Muslim saja. Misalnya, karya Muhammad Husain Haekal, Hayâh Muhammad, Maulana Muhammad Ali, The Prophet Muhammad, Al-Haj Mohammad ‘Ali Salmin, The Holy Prophet Mohammad, Athar Husain, Prophet Muhammad and His Mission, Hafiz Gulam Sarwar, Muhammad, The Holy Prophet, Majid Ali Khan, Muhammad, The Final Messenger, Martin Lings, Muhammad, His Life Based on the Earliest Sources, MA Salahi, Muhammad, Man and Prophet, Bint Al-Syathi’, Ma‘a Al-Mustafâ, Mustafa Al-Siba‘i, Al-Sîrah Al-Nabawiyyah: Durûs wa ‘Ibar, Muhammad Hamidullah, Muhammad Rasulullah, ‘Imad Al-Din Khalil, Dirâsah fî Al-Sîrah, Abu Al-Hasan ‘Ali Al-Hasani Al-Nadwi, Al-Nabiy Al-Khatim, Al-Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, Al-Rahîq Al-Makhtûm, Bahts fî Al-Sîrah Al-Nabawiyyah, Afzalur Rahman, Muhammad as Military Leader, ‘A’id Al-Qarni, Qishshah Al-Risâlah, Rawâ’i‘ min Al-Sîrah, Seyyed Hossein Nasr, Muhammad: Man of Allah, Ismail Raji Al-Faruqi, The Hijrah, Muhammad Al-Ghazali, Fiqh U-Seerah: Understanding the Life of Prophet Muhammad, Ali Shariati, Muhammad Saw. Khâtim Al-Nabiyyîn: min Al-Hijrah hattâ Al-Wafah, Zakaria Bashir, Meccan Crucible, Sun Shine from Madina, dan Significant of Hijrah, Akram Dia Al-Umri, Madinan Society at the Time of the Prophet, Tarik Ramadan, In the Footsteps of the Prophet: Lessons from the Life of Muhammad, atau Mahdi Rizqullah Ahmad, A Biography of the Prophet of Islam. Tapi, juga dari pihak di luar mereka. Khususnya dari kalangan kaum orientalis. Misalnya karya John Davenport, An Apology for Mohammed and the Koran, Emile Dermenghem, Mahomet et la tradition islamique, Washington Irving, Life of Muhammad, Tor Andrae, Muhammad, Sein Leben and Sein Glaubi, Sir William Muir, The Life of Mahomet, A. Sprenger dalam Das Leben und die Lehre des Mohammade, D.S Margoliouth dalam Mohammad and the Rise of Islam, William Muir dalam triloginya, Muhammad at Mecca, Muhammad at Medina, dan Muhammad Prophet and Statesman, Francesco Gabrieli, Muhammad and the Conquest of Islam, Betty Kelen, Muhammad The Messenger of God, Roger Caratini, Mahomet, Gilles Kepel, The Prophet and Pharaoh, Maxime Rodinson, Mohammed, Philippe Aziz, Mahomet, le glaive, l’amour, la foi, Pierre Geadah, Mohammad, le Prophete de l’Islam, Virgil Gheorghiu, Vie de Mahomet, Annemarie Schimmel, And Muhammad Is His Messenger, Karen Amstrong, Muhammad: A Biography of the Prophet, dan Jean Prieur, Muhammad, Prophete d’Orient et d’Occident.
Terbitnya karya tentang perjalanan hidup Rasulullah Saw. yang disusun pihak di luar Islam itu acapkali merupakan salah satu pemicu bagi para pemikir dan penulis Muslim untuk mengkaji dan menyusun kembali perjalanan hidup beliau. Karya-karya ini tak hanya berbentuk prosa, tapi juga berbentuk puisi. Tampaknya karya-karya terakhir ini tak lepas dari dampak karya-karya klasik para penulis Muslim yang juga berbentuk puisi, seperti Al-Burdah, sebuah karya Abu ‘Abdullah Syaraf Al-Din Muhammad bin Sa‘id Al-Shanhaji Al-Dalashi Al-Bushiri, seorang penyair yang wafat pada 681 H/1279 M di Mesir, yang berisi pujian, kisah kelahiran, mi‘raj, perjuangan, dan doa bagi Rasulullah Saw. Karya dengan judul asli Al-Kawâkib Al-Duriyah fi Madh Khair Al-Bariyyah yan terdiri dari 162 bait ini, seperti diketahui, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing, antara lain ke dalam bahasa Latin (1175 H/1761 M), bahasa Inggris oleh J.W. Redhouse (1299 H/1881 M), bahasa Prancis oleh de Sacy (1238 H /1822 M), bahasa Italia oleh Giuseppe Gabrieli (1319 H/1901 M), dan bahasa Jerman oleh Vincenz von Rosenzweig-Schawanau (1240 H/1824 M), di samping ke dalam pelbagai bahasa di dunia Islam.
Melihat deretan panjang karya-karya tentang perjalanan hidup Rasulullah Saw. itu, penulis benar-benar merasa gamang: kuasakah penulis menyusun sebuah biografi beliau yang tak hanya merupakan pengulangan karya-karya yang telah terbit sebelumnya. Akibatnya, selama sembilan hari berada di Madinah Al-Munawwarah di musim haji 1428 H/2007 M itu, penulis senantiasa merasa gelisah setiap kali memasuki Masjid Nabawi,(12) karena merasa “pesan” untuk menulis biografi Rasul Saw. itu masih di luar kuasa penulis yang dhaif. Entah kenapa, penulis senantiasa ingat pesan Ziauddin Sardar dalam karyanya Islamic Futures: The Shape of Ideas to Come, “...Jika para cendekiawan Muslim dewasa ini ingin menyusun sîrah yang relevan dengan masa kini dan masa depan, mereka tak memiliki pilihan lain kecuali menjawab pertanyaan-pertanyaan tambahan: bagaimana beliau melakukannya? Dan, mengapa beliau melakukannya?”
“Kedua pertanyaan ini menuntut agar sîrah dianalisis untuk menemukan penjelasan di balik fakta-fakta. Dan, itu memerlukan bukan hanya sumber-sumber tradisional yang selama ini mendominasi sîrah. Kehidupan Nabi Muhammad harus ditulis sebagai sejarah yang hidup. Bukan sebagai suatu biografi sejarah masa lalu. Sebagai sejarah analitis, sîrah merupakan pemahaman terhadap kehidupan Nabi Muhammad, karena dia membentuk dan memotivasi pribadi dan masyarakat Muslim. Sîrah analitis bertujuan untuk menemukan dan memadukan prinsip-prinsip dari pelbagai situasi sejarah prinsip-prinsip dengan relevansi masa kini yang kuat dan akan memungkinkan masyarakat Muslim modern untuk membuat penilaian moral dalam menghadap realitas yang pelik.”
Akhirnya, dengan senantiasa berdoa kepada Allah Swt. dan memohon maaf kepada Rasulullah Saw., baik ketika berada di Madinah, Mina, ‘Arafat, maupun Makkah, kegamangan dan kegelisahan penulis itu sirna. Dan, tumbuh kemudian semangat membara untuk menulis sebuah karya yang kini berada di tangan budiman. Kiranya karya ini seperti yang diharapkan Ziauddin Sardar tersebut. Harapan penulis, kiranya karya ini dapat “menyajikan gambaran menyeluruh mengenai kehidupan Rasulullah Saw.” dalam kualitasnya sebagai seorang Rasul dan Nabi terakhir yang pembangun akhlak dan jiwa yang mulia seperti difirmankan Allah Swt. dalam Al-Quran, “Dan, sungguh, engkau benar-benar berbudi pekerti luhur!” (QS Al-Qalam [68]: 4).
Seperti halnya karya-karya yang penulis susun sebelumnya, Teladan Indah Rasulullah Saw. dalam Ibadah, Mutiara Akhlak Rasulullah Saw., Rumah Cinta Rasulullah, dan Wangi Akhlak Nabi yang diangkat dari beberapa buku hadis yang diperkaya dengan pelbagai sumber lain, karya ini pun diangkat dari pelbagai sumber, baik dari beberapa buku hadis maupun karya-karya lainnya. Penulis berharap, kiranya pembaca budiman mendapati darinya teladan dan hikmah yang sangat menawan dan bermanfaat bagi usaha kita untuk memahami dan menghayati segala hal yang berkaitan dengan kehidupan Rasul Saw. Juga, walau karya ini tak terlalu lengkap, penulis berharap kiranya karya yang disusun dengan pendekatan “kesetiaan dan cinta tulus kepada sang pengasih umat manusia” ini dapat “menyajikan gambaran menyeluruh mengenai kehidupan Rasul Saw.” sebagai teladan kita, selaras dengan firman Allah Swt., “Sungguh, pada (diri) Rasul terdapat teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (datangnya) hari kiamat dan ia acap mengingat Allah.” (QS Al-Ahzâb [33]: 21). Walau demikian, dalam menyajikan karya ini, meminjam ungkapan Ali Shariati dalam karyanya Muhammad Saw., Khâtim Al-Nabiyyîn, penulis juga senantiasa berusaha “memilih realitas pasti dalam pelacakan terhadap sejarah, yang rentangannya mencakup semua orang-betapa pun berbedanya kubu pemikiran mereka, dan sepanjang yang diperoleh mereka adalah fakta-fakta yang bersih dari segala bentuk kefanatikan dan ekstremisme”.
Dalam hal ini penulis seiring pendapat dengan Abdul Hameed Siddiqui, seperti dikemukakan Hawe Setiawan dalam tulisannya berjudul “Nabi Menurut Siddiqui” (Republika, Ahad, 30 Desember 2007), bahwa “hal paling menakjubkan dari kehidupan Muhammad Saw. adalah imannya yang teguh terhadap Allah dan upaya beliau yang tiada henti untuk senantiasa dekat dengan Dia. Tuhan merupakan pijar utama dari nyala keimanannya. Begitu dekat hubungan Nabi Saw. dengan Sang Khalik, sehingga tiada seorang pun yang dapat memahami kehidupannya yang suci jika tidak menyelami kesadaran di dalam dirinya akan Kemuliaan dan Lindungan-Nya yang tiada tara. Inilah iman yang luhur dan tak tergoyahkan terhadap Lindungan Tuhan yang dapat disebut sebagai intisari watak Nabi Saw.”
Di sisi lain, sekali lagi, penulis sepenuhnya menyadari, karya yang terdiri dari empat belas bagian ini bukan sebuah karya yang sempurna. Karena itu, apabila dalam karya ini terdapat kekurangan dan kelemahan, sekali lagi penulis sampaikan, semua itu sepenuhnya dari penulis dan merupakan tanggung jawabnya. Karena itu pula, kritik dan saran dari pembaca tentu senantiasa penulis harapkan demi perbaikan ke depan. Meskipun demikian, penulis senantiasa berharap kiranya karya ini dapat menjadi setetes ilmu yang menebarkan manfaat bagi para pembaca sekalian dan sebagai amal jariah penulis yang diterima oleh Allah Swt. Dan, sebagai ungkapan rasa syukur atas terselesaikannya penulisan karya ini, dengan meminjam ungkapan Tarik Ramadan dalam karyanya In the Footsteps of the Prophet: Lessons from the Life of Muhammad, “doa saya haturkan kepada Yang Maha Esa, Yang Mahadekat, kiranya Dia menerima dan meridhai karya tentang Nabi Saw. ini, kiranya Dia memaafkan saya atas segala kesalahan dan kekeliruan, dan kiranya Dia menempatkannya sebagai tonggak kecil upaya manusia dalam mencapai pemahaman dan perdamaian: dengan diri sendiri dan dengan orang lain, di bawah naungan cinta-Nya”.
Dalam kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan rasa terima kasih, dari relung hati terdalam, kepada Dr. Haidar Bagir yang telah memberi inspirasi kepada penulis untuk menyusun sebuah karya yang sebelumnya tak terbayangkan akan dapat disajikan oleh penulis. Sebuah inspirasi yang kemudian membuat penulis selama berbulan-bulan “menyertai” Rasulullah Saw. tercinta, disertai rasa khawatir dan takut tak kuasa menghadirkan sebuah karya yang benar-benar mampu “memotret” dan “memaknai” seluruh sisi kehidupan beliau tanpa kesalahan, kealpaan, kekurangan, maupun keteledoran. Ucapan terima kasih serupa juga penulis sampaikan kepada Gus Mus (K.H.A. Mustofa Bisri, seorang kiai, budayawan, dan cendekiawan Muslim asal Rembang, Jawa Tengah) yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis untuk merampungkan penulisan karya sederhana ini.
Tak lupa ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. Sohirin Mohammad Solihin, seorang guru besar di International Islamic University Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia yang telah memberikan sederet daftar buku-buku yang selayaknya penulis telaah, Prof. Dr. H. Thoha Hamim, seorang guru besar di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, yang telah memberikan masukan yang berharga atas karya ini, Prof. Dr. H. Syihabuddin Qalyubi, seorang guru besar di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, yang telah membawakan “oleh-oleh” kepada penulis berupa sejumlah buku dari Mesir, dan H.M. Syakirin Al-Ghozali MA., seorang dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Surakarta dan kandidat doktor di University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia yang telah memberikan informasi tentang buku-buku seputar biografi Rasulullah Saw. yang tersedia di ibukota Malaysia itu dan membelikannya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada H. Rustam Sumarna, seorang direktur biro perjalanan umrah dan haji di Bandung, yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis untuk menunaikan ibadah umrah di bulan Juli 2007 dan ibadah haji di musim haji 1428 H/2007 M. Sehingga, di samping menunaikan ibadah-ibadah itu, penulis berkesempatan mengumpulkan buku-buku terbaru tentang biografi Rasulullah Saw., baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Inggris, dan mengamati kembali secara cermat pelbagai tempat historis yang berkaitan erat dengan perjalanan hidup beliau.
Tentu, dalam kesempatan ini, tak lupa pula penulis yang dhaif ini kembali mengucapkan terima kasih kepada Penerbit Mizania, utamanya Mas Ahmad Baiquni, Mas Yadi Saeful Hidayat, Mbak Windu Darlina, Mas Andi Yudha Asfandiyar, Mbak Pangestuningsih, Mas Andityas Prabantoro, Mbak Ine Ufiyatiputri, Mas Andreas Kusumahadi, Mas Yudiarto Iskandar, Mas Dodi Rosadi, Mas Eja Asssagaf, dan tim, yang telah bekerja keras untuk menerbitkan karya ini dan karya-karya penulis sebelumnya dengan suntingan, tampilan, dan sebaran yang terbaik dan tercantik. Dan, terakhir, rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada istri tercinta, dr. Hj. Ummie Wasitoh SpPD, dan dua putri penulis, Hj. Mona Luthfina ST dan Naila Fithria, atas waktu yang senantiasa mereka relakan yang semestinya menjadi hak mereka. Kiranya Allah Swt. membalas amal kebajikan mereka. Amin.
No comments:
Post a Comment