Friday, June 15, 2007

Menengok Kursus Qiraati van Malaysia

Kuala Lumpur, 31 Mei 2007. “Mas, Malaysia semakin hijau saja, ya?” ucap istri tercinta seraya melihat keluar jendela ketika pesawat terbang Air Asia yang membawa kami dari Bandung hampir mendarat di Kuala Lumpur International Airport (KLIA). Waktu setempat saat itu menunjuk pukul 11.45 siang.

“Ya. Ini merupakan hasil kesadaran mereka yang tinggi untuk memelihara lingkungan. Kesadaran mereka harus diacungi jempol. Dengan lingkungan alam yang semakin terjaga, mereka pun semakin dapat menikmati hidup yang semakin sehat. Menurut saya, tampaknya ini tidak lepas dari keberhasilan mereka di bidang pendidikan. Mereka berhasil menanamkan kesadaran yang demikian sejak anak-anak Malaysia menikmati pendidikan di taman kanak-kanak. Mereka tidak banyak bicara. Tapi, mereka langsung memraktikkannya. Tidak seperti kita, orang-orang Indonesia, yang lebih banyak omong saja,” jawab saya seraya menarik napas panjang, seraya membayangkan Indonesia semaju Singapura dan Malaysia.

Meski merasa sedih dengan kondisi Indonesia saat ini, entah kenapa, saya tidak pernah merasa malu menjadi bangsa Indonesia. Barang kali kalau saya menjadi pejabat, saya akan merasa malu. Entah kenapa saya senantiasa merasa, orang Indonesia bukanlah orang yang malas, bodoh, dan tidak ingin maju. Pertemuan saya dengan saudara-saudara saya sebangsa di sejumlah negara orang membuktikan, mereka adalah orang-orang yang ulet, tahan banting, dan berkeinginan kuat untuk maju.

Tak lama kemudian pesawat terbang Air Asia yang membawa kami mendarat di KLIA. Dan, selepas menyelesaikan urusan imigrasi dan bagasi yang berjalan lancar, kami pun segera menapakkan kaki menuju pintu keluar. Ternyata, Ustadz Masruh Ahmad, MA., MBA, seorang putra Indonesia yang telah bermukim di Malaysia sejak tahun 1980-an, telah menanti kami bersama istri tercintanya, Ustadzah Nita Jasyiyah. Betapa gembira hati kami bersua kembali dengan seorang anggota Yayasan Badan Wakaf Pondok Modern Gontor yang satu ini. Suami (yang asli Semarang) dan istri (yang warga negara Singapura keturunan Bawean) yang pernah menimba ilmu di Mesir ini sangat ramah dan penuh semangat serta tulus menyambut kedatangan kami. Jazakumullah Ahsanal Jaza’, ya Al-Akh Masruh wa Al-Ukht Nita.

Segera dengan menaiki mobil sedan Proton Wira yang dikendarai Ustadz Masruh Ahmad, kami pun meninggalkan KLIA. Siang itu, kami diajak menikmati pelbagai sudut kawasan yang terletak antara Sepang dan Kajang. Tampak dan terasakan oleh kami, infrastruktur jalan negara serumpun ini benar-benar tertata dan terjaga mulus. Dan, selepas menikmati dengan lahap sajian makanan siang nan lezat yang disiapkan oleh Ustadzah Nita, kami kemudian diajak menengok Gedung Qiraati, sebuah tempat untuk memberikan kursus tentang tata cara membaca Al-Quran yang fasih dan sesuai kaidah, yang terdiri dari dua lantai dan berlokasi di Sungai Ramal Dalam, Kajang, Selangor Darul Ehsan.


Hati saya sangat tersentuh dan sangat salut ketika Ustadz Masruh dan Ustadzah Nita menceritakan perjalanan panjang perjuangan yang mereka lalui untuk dapat membangun sebuah lembaga pendidikan yang memberikan kursus tata cara membaca Al-Quran yang benar dan fasih itu. Lembaga yang mereka berdua mulai di Segambut, Selangor, dengan empat murid pada tahun 1990 ini mendapatkan lisensi penuh dari sebuah lembaga dengan nama yang sama di Semarang, Jawa Tengah, yang didirikan oleh K.H. Dachlan Salim Zarkasyi. Alhamdulillah, perjuangan tak kenal lelah dan penuh keikhlasan putra Indonesia dan putri Singapura itu kini telah membuahkan hasil. Dan, kini Kursus Qiraati van Malaysia ini telah mengepakkan sayapnya ke pelbagai penjuru Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand. Kiranya Allah Swt. senantiasa meridhai dan memberkahi niat, langkah, dan perjuangan Ustadz Masruh Ahmad dan keluarganya tersebut, Amin ya Rabbal ‘Alamin.




No comments: