Usai mengunjungi Universiti Malaya di Bangsar dan Universiti Tenaga Kerja dan Universiti Kebangsaan Malaysia di Bangi pada Jumat 1 Juni 2007 yang lalu, waktu saat itu telah memasuki saatnya untuk melaksanakan shalat Jumat. Saya dan Ustadz Masruh Ahmad MA, MBA pun segera masjid kampus Universiti Kebangsaaan Malaysia yang cukup megah. Meski lebih besar dari Masjid Salman Institut Teknologi Bandung, namun entah kenapa saya merasa suasana masjid kampus di Bangi itu tidak begitu membangkitkan perasaan syahdu. Ini berbeda dengan suasana yang menyergap hati saya setiap kali bershalat di Masjid Salman ITB. Selain itu, kekeliruan beberapa kali bacaan Al-Quran sang khatib yang muda usia ketika menjadi imam terasa mengganggu hati. Mungkin suasana hati dan benak sang khatib saat menjadi imam lagi agak kurang khusyuk.
Selepas menunaikan shalat Jumat dan menikmati makan siang di kantin UKM, kami berempat (saya, istri tercinta,Ustadz Masruh, dan Ustadzah Nita Jasyiyah) kemudian melanjutkan perjalanan menuju Gombak. Tepatnya, menuju Universiti Islam Antarabangsa Malaysia atau International Islamic University Malaysia (IIUM). Tujuan kami ke IIUM adalah untuk bersilaturahmi dengan Prof. Dr. Sohirin Mohammad Solihin, seorang sahabat saya ketika menimba ilmu di Mesir. Sahabat saya yang meraih gelar Ph.Dnya dari Universitas Birmingham, Inggris dan penulis buku Islam and Politics (diterbitkan oleh IIUM) ini, seperti pernah saya kemukakan dalam tulisan saya diblog ini, berasal dari Ciamis, Jawa Barat.
Selepas menunaikan shalat Jumat dan menikmati makan siang di kantin UKM, kami berempat (saya, istri tercinta,Ustadz Masruh, dan Ustadzah Nita Jasyiyah) kemudian melanjutkan perjalanan menuju Gombak. Tepatnya, menuju Universiti Islam Antarabangsa Malaysia atau International Islamic University Malaysia (IIUM). Tujuan kami ke IIUM adalah untuk bersilaturahmi dengan Prof. Dr. Sohirin Mohammad Solihin, seorang sahabat saya ketika menimba ilmu di Mesir. Sahabat saya yang meraih gelar Ph.Dnya dari Universitas Birmingham, Inggris dan penulis buku Islam and Politics (diterbitkan oleh IIUM) ini, seperti pernah saya kemukakan dalam tulisan saya diblog ini, berasal dari Ciamis, Jawa Barat.
Perjalanan antara Bangi, yang terletak di sebelah tenggara Kuala Lumpur (sekitar 40 kilometer dari pusat kota KL) ke Gombak, yang terletak di sebelah barat daya ibukota Malaysia itu memakan waktu sekitar satu jam setengah. Kalau kita naik LRT, dari Bangi kita pertama-tama menuju stasiun KL Sentral. Di stasiun KL Sentral, kita kemudian berganti LRT yang menuju Terminal Putra dan dari stasiun itu kita dapat menuju kampus IIUM dengan naik taksi. Jalan menuju IIUM dari Bangi, seperti halnya jalan-jalan di Malaysia lainnya, terasa mulus. Dan, sekitar 30 kilometer sebelum Genting Highland, mobil yang dikendarai Ustadz Masruh Ahmad keluar dari jalan tol dan kemudian memasuki lingkungan IIUM.
Begitu melintasi pintu gerbang, segera bangunan rektorat IIUM yang megah menyambut kita. Suasana kampus agak sepi, karena saat itu para mahasiswa sedang “cuti” (atau libur). Kami pun dengan leluasa mengitari kampus megah yang didisain oleh seorang arsitek Turki itu. Tak aneh, jika bangunan-bangunan kampus IIUM mengingatkan saya pada bangunan di sekitar Masjid Muhammad ‘Ali di Kairo. Segera pula, di sana-sini muncul mahasiswa-mahasiswa dengan sosok fisik yang sangat beragam. Segera pula kenangan ketika masih menjadi mahasiswa Universitas Al-Azhar, Kairo pun menyeruak keluar dan mengisi benak saya. Suasana “dunia Islam mini” pun segera muncul. Dan, setelah menunggu beberapa lama, sahabat saya yang baru beberapa hari pulang dari Teheran, Iran (sebagai wakil IIUM), untuk menghadiri suatu simposium, muncul dan menyambut kami serta kemudian mengajak kami menuju tempat kediamannya di komplek perumahan para pensyarah IIUM. Dan, segera terasa oleh kami, betapa berkahnya bersilaturahmi!
No comments:
Post a Comment