
Ketika Dunia Islam berada di bawah kendali Dinasti ‘Abbasiyyah dengan pusat pemerintahannya di Baghdad, Irak, Al-Mahdi, penguasa ke-4 dinasti tersebut, memerintahkan agar kiswah dibuat dari sutra khuz. Kala itu, kiswah didatangkan dari Mesir dan Yaman. Di masa ini pula, kiswah mulai dibuat terdiri dari tiga lapis dan berwarna hitam. Namun, ketika Dinasti Fathimiyyah berkuasa di Mesir, kiswah dibuat dari sutra berwarna putih, sesuai dengan lambang dinasti itu, dan disulami dengan benang emas yang diperciki wewangian. Kemudian, ketika Sultan Zhahir Al-Din Baibars dari Dinasti Mamluk berkuasa, ia mengganti warna kiswah menjadi hitam kembali hingga dewasa ini. Selepas itu, ketika Raja Shalih Isma‘il Qalawun (seorang penguasa dari Dinasti Mamluk di Mesir) berkuasa, ia membuka tiga perkampungan baru khusus untuk keperluan pembuatan kiswah. Untuk maksud yang sama, pada 947 H/1519 M, Sultan Salim dari Dinasti Usmaniyyah dari Turki, memperluas perkampungan itu menjadi tujuh perkampungan. Malah, di masa pemerintahan Muhammad ‘Ali Pasha, dibuka Departemen Khusus Urusan Kiswah. Sehingga, Mesir selama berabad-abad menjadi pemasok kiswah Ka‘bah.
Kiswah mulai dibuat di Arab Saudi ketika Raja ‘Abdul ‘Aziz memerintahkan agar kiswah dibuat di Makkah. Pabrik kiswah di Arab Saudi itu pertama kali berproduksi pada 1346 H/1927 M. Sejak itu, Ka‘bah diselimuti dengan kiswah made in Arab Saudi. Tapi, pada tahun-tahun 1355-1381 H/1936-1962 M, kiswah kembali dipasok dari Mesir. Selepas itu, pemerintah Kerajaan Arab Saudi membuka dan mengaktifkan kembali pabrik kiswah lama hingga dibangunnya pabrik kiswah baru pada 1392 H/1972 M. Dengan diresmikannya pabrik baru kiswah di Makkah pada 1397 H/1977 M, sejak itu pabrik itulah yang memproduksi kiswah Ka‘bah dan menghiasinya dengan sulaman kaligrafi dari benang perak yang disepuh emas, kiswah bagian dalam Ka‘bah, dan kiswah pembungkus kamar Nabi Muhammad Saw. di Madinah.
Kiswah Ka‘bah sendiri sejatinya terdiri dari lima potong. Empat potong untuk menyelimuti sisi-sisi Ka‘bah sesuai dengan ukuran masing-masing sisi, dan sepotong lagi untuk menyelimuti pintunya. Di sepertiga bagian atas kiswah terdapat sabuk dengan panjang 45 meter dan lebar 90 sentimeter. Sabuk itu dihiasi ayat-ayat Al-Quran bergaya Tsulutsi yang dikitari ornamen-ornamen bersulam timbul dari benang perak yang disepuh emas. Sabuk itu dimaksudkan untuk membuat Ka‘bah yang diselimuti kiswah menjadi tampak semakin indah.
Di setiap sisi Ka‘bah, tepat di bawah sabuk kiswah tersebut, terdapat dua ornamen berbentuk kotak persegi panjang dan tiga berbentuk seperti lampu gantung. Kecuali di sisi pintu Multazam, karena di atasnya terdapat ornamen yang lebih besar sebagai persembahan. Di ornamen terakhir ini tertera tulisan (dalam bahasa Arab tentu saja), “Kiswah ini dibuat di Makkah Al-Mukarramah, dan Pelayan Dua Tanah Suci Raja ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz dari keluarga Sa‘ud menghadiahkannya kepada Ka‘bah Al-Musyarrafah. Kiranya Allah menerimanya.” Selain itu, di setiap sudut Ka‘bah juga terdapat ornamen berbentuk segi empat yang disebut Al-Shamadiyyah. Ini karena di ornamen yang luasnya 82 x 85 sentimeter itu tertulis Surah Al-Ikhlash.
Nah, kapan kiswah Ka‘bah diganti? Setiap tahun, pergantian kiswah Ka‘bah dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, ketika jamaah haji sedang melakukan wukuf di Padang ‘Arafah. Sehingga, pada setiap Hari Idul Adhha, Ka‘bah berkiswah baru!
No comments:
Post a Comment