Monday, August 1, 2011
Pidato Rasul Saw. Menyambut Ramadhan
“Ya Allah, Tuhan kami! Terimalah shaum, rukuk, sujud, bacaan Al-Quran, dan doa kami…, amin.”
Tidak terasa bibir menggumamkan doa tersebut, begitu usai melaksanakan shalat tarawih tadi malam. Entah kenapa, kemudian, kebahagiaan tiba-tiba menyergap seluruh diri. Mungkin, karena Allah Swt. masih memberikan kesempatan kepada penulis untuk meniti bulan Ramadhan tahun ini. Segera, benak penulis pun melayang-layang ke Madinah, seraya menyimak kembali sejarah diwajibkannya ibadah yang satu ini.
Catatan sejarah Islam menorehkan, kewajiban puasa di bulan tersebut diwajibkan setelah turunnya ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan berpuasa di bulan itu (QS al-Baqarah [2]: 183-185). Ayat-ayat yang mewajibkan shaum di bulan Ramadhan tersebut turun di Madinah pada Sya‘ban 2 H/623 M atau lebih kurang selepas 18 bulan Rasulullah Saw. menetap di Madinah. Menjelang diwajibkannya ibadah shaum, suatu saat Rasulullah Saw. melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada 10 Muharram (‘Asyura‘), sebagai peringatan terlepasnya Nabi Musa a.s. dan sebagian Bani Israil pada zaman dahulu dari bahaya kekejaman Fir‘aun. Karena merasa bahwa kaum Muslim memiliki hubungan batin yang erat dengan ajaran-ajaran Musa a.s, beliau pun memerintahkan kaum Muslim untuk juga berpuasa pada hari ‘Asyura‘ tersebut. Tidak lama kemudian, turun ayat yang mewajibkan shaum Ramadhan tersebut.
Nah, menyambut kehadiran bulan mulia tersebut, kaum Muslim di Madinah pun sangat bersukacita. Melihat semangat membara warga Madinah tersebut, Rasulullah Saw. pun meminta mereka berkumpul. Selepas mereka hadir, beliau pun berpidato,
“Wahai manusia! Kini telah dekat kepada kalian satu bulan agung, bulan yang sarat dengan berkah. Juga, bulan yang di dalamnya ada satu malam yang lebih baik ketimbang seribu bulan. Inilah bulan yang Allah telah menetapkan puasa pada siang harinya sebagai kewajiban dan shalat (sunnah) di malam harinya sebagai shalat sunnah. Barang siapa ingin mendekatkan diri kepada Allah di bulan ini dengan suatu amal sunnah, maka pahalanya seolah dia melakuan amal yang wajib pada bulan-bulan lain. Dan, barang siapa melakukan amal wajib di bulan ini, dia akan dibalas dengan pahala seolah dia telah melakukan tujuh puluh amal wajib pada bulan-bulan lain.
Inilah bulan kesabaran dan imbalan atas kesabaran adalah surga. Inilah bulan simpati terhadap sesama. Pada bulan inilah rezeki orang-orang yang beriman ditingkatkan. Barang siapa memberi makan (untuk berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan balasan keampunan atas dosa-dosanya dan pembebasan dari Neraka Jahannam. Selain itu, ia juga memperoleh ganjaran yang sama sebagaimana ganjaran yang dikaruniakan atas orang yang berpuasa tersebut; tanpa sedikit pun mengurangi pahala yang orang yang berpuasa itu!”
Sejenak Rasulullah Saw. berhenti berpidato. Tiba-tiba seseorang di antara mereka mengeluh kepada beliau, “Wahai Rasul! Tidak semua di antara kami memiliki sesuatu yang bisa diberikan kepada orang yang sedang berpuasa untuk berbuka!”
“Allah akan mengaruniakan balasan ini kepada seseorang yang memberi buka walau hanya dengan sebiji kurma, atau seteguk air, atau seisap susu. Inilah bulan yang pada sepuluh pertamanya Allah menurunkan rahmat, sepuluh hari pertengahannya Allah memberikan ampunan, dan sepuluh hari yang terakhir Allah membebaskan hamba-hamba-Nya dari neraka Jahannam. Barang siapa meringankan beban hamba sahayanya pada bulan ini, Allah Swt. akan mengampuninya dan membebaskannya dari neraka.
Perbanyaklah di bulan ini dengan empat hal. Dua hal bisa mendatangkan keridhaan Tuhan kalian, dan yang dua lagi kalian pasti memerlukannya. Dua hal yang mendatangkan keridhaan Allah ialah hendaknya kalian mengucapkan syahadat (persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah) dan istighfâr (permohonan ampun kepada-Nya) sebanyak-banyaknya. Sedangkan dua hal yang kalian pasti memerlukannya ialah hendaknya kalian memohon kepada-Nya untuk masuk surga dan berlindung kepadanya dari neraka Jahannam. Dan, barang siapa memberi minum kepada orang yang berpuasa (untuk berbuka), Allah akan memberinya minuman dari telagaku yang dengan sekali teguk saja ia tak kan pernah kehausan lagi hingga ia memasuki surga!”
Pidato Rasulullah Saw. itu menunjukkan, dalam shaum Ramadhan terkandung pesan moral yang amat kuat. Sedemikian kuatnya, hingga rukun Islam ketiga ini bukan saja menyeru pada panggilan kewajiban ibadah semata. Tapi, lebih jauh lagi, seruan moral itu menyeruak masuk ke wilayah-wilayah pribadi yang bersifat individual dan psikologis. Malah, ke wilayah sosial, politik, ekonomi, dan kultural. Dan, tujuan seruan itu pun amat mulia dan asli serta diajarkan lewat media yang paling efektif. Yaitu, kesabaran, persaudaraan, dan solidaritas terhadap sesama manusia yang diajarkan secara langsung lewat laku “penderitaan” fisik pada diri setiap Muslim. Di ujung pelajaran itu diharapkan terjadi pencerahan bahwa pengendalian diri adalah “sebaik-baik perhiasan” dalam menghadapi segala keruwetan dan kesumpekan hidup sehari-hari.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment