AL-FARUQI:
Ilmuwan Palestina
yang Memilih Berjuang Lewat Pena
Beberapa hari
terakhir, nyaris setiap hari saya mengikuti channel tivi Al-Jazeera,
untuk menyimak berita dengan topik berjudul “Gaza under Fire”. Entah kenapa,
ketika sedang mengikuti perkembangan menyedihkan yang menimpa kawasan Gaza,
Palestina, sebuah
negara di kawasan Timur Tengah ini
berbatasan dengan Sungai Jordania
di sebelah timur, Laut Tengah di sebelah
barat, Lebanon di
sebelah utara, dan Gurun Sinai
dan Teluk ‘Aqabah di sebelah selatan itu tiba-tiba ingatan saya “melayang-layang” jauh ke
sana. Dan, tidak lama kemudian teringat seorang ilmuwan Muslim Palestina yang
berpulang 27 tahun yang silam, pada bulan Ramadhan seperti saat ini. Ilmuwan
itu tidak lain adalah Prof. Dr. Isma‘il Raji Al-Faruqi.
Kini,
bagaimanakah kisah hidup sang ilmuwan?
Seorang
pakar keislaman terkemuka yang
pendiri Pusat Pengkajian Islam di Universitas Temple,
Amerika Serikat ini lahir di Jaffa, Palestina pada Sabtu, 21
Rabi‘ Al-Akhir 1339 H/1 Januari 1921 M.
Selepas merampungkan
pendidikannya di Sekolah
Dominika Perancis, de Freres, di
Lebanon, putra seorang qâdhî dan ulama, ‘Abdul Huda Al-Faruqi,
ini memasuki Universitas Amerika di Beirut. Lantas, selepas menyabet gelar sarjana muda, tokoh kita
ini menjadi
pegawai pemerintah Palestina di bawah
mandat Inggris dan kemudian
diangkat menjadi Gubernur Galilea. Ketika
wilayah itu jatuh ke tangan Israel, maka pada 1368 H/1948 M ia berhijrah
ke Amerika Serikat.
Di negara
adidaya itu penulis lebih dari
dua puluh buku ini
menapaki dunia akademis. Pada 1369
H/1949 M ia berhasil meraih gelar Master of Arts (MA) dari Universitas
Indiana. Gelar master
of arts kedua
ia dapatkan dari
Universitas Harvard dengan
judul On Justifying the Good:
Metaphysic and Epistemology
of Value. Lantas, gelar Ph.D ia peroleh pada Dzulhijjah 1371 H/September 1952
M dari Universitas Indiana.
Selepas merampungkan program
sarjana, ia kemudian menimba ilmu di Al-Azhar, Kairo, Mesir selama sekitar empat tahun (1954-1958 M).
Perjalanan hidup
presiden dua kali The
Association of Muslim Social
Scientists, yang didirikannya
pada 1392 H/1972 M, ini
kemudian lebih banyak terarah pada dunia
akademis. Antara lain, misalnya, pada
1379 H/1959 M
ia menjadi staf
pengajar di Universitas McGill,
Montreal, Kanada.
Selanjutnya, dua tahun kemudian, ia
terlibat dalam kegiatan
Central Institute
for Islamic Research, Pakistan. Dua tahun kemudian
ia menapakkan kakinya di
Universitas Chicago, sebagai
guru besar. Dari universitas tersebut, ia kemudian
pindah ke Universitas Syracuse.
Di sisi lain,
selepas menjadi seorang ilmuwan, putra Palestina ini senantiasa berusaha mengabdikan
dirinya dalam usaha memartabatkan kembali ilmu-ilmu Islam atau lebih terkenal
sebagai Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Tidak aneh jika ia tidak pernah lelah
dalam menggemakan gerakan perjuangan intelektual. Dengan kata lain, suatu
gerakan ilmiah yang mengajak umat Islam agar giat memelajari dan mengembangkan
ilmu pengetahuan. Untuk itu, ia berusaha memanfaaatkan dan menyelaraskan
khazanah warisan ilmiah Islam dengan ilmu-ilmu modern. Tujuannya adalah untuk
melahirkan suatu sintesia ilmu yang begitu berharga: paduan antara antara ilmu-ilmu
wahyu dan ilmu-ilmu rasional.
Selepas dari
Universitas Syracuse, ternyata
Universitas Temple menjadi
universitas terakhir yang menerima kehadirannya sebagai guru
besar hingga ia tewas bersama
istrinya, Lois Lamya Al-Faruqi, pada tengah malam
Selasa, 18 Ramadhan 1406
H/27 Mei 1987
M, di Wyncote, Pennsylvania, Amerika Serikat oleh seseorang yang tidak
dikenal. Sedangkan putrinya, Anmar
Al-Zein, meski mengalami banyak luka di tubuhnya, nyawanya terselamatkan.
Selain sebagai ilmuwan, salah
seorang pelopor pendirian The International Institute
of Islamic Thought ini juga seorang
penulis yang produktif. Karya-karya tulisnya, antara lain, adalah Tawhid:
It’s Implications for Thought and Life, Islamization of Knowledge, Christian Ethics:
A Historical and Systematic Analysis of Its Dominant Idea,, Trialouge of the Abrahamic
Faiths, The Life of Muhammad, Urubah and Religion, Particularisme in the Old
Testament and Contemporary Sect in Judaism, The Great Asian Religion, dan Historical Atlas of the Religions of the
World, dan
The Cultural Atlas
of Islam, sebuah karya
yang ia susun bersama istrinya,
Lois Lamya Al-Faruqi.
Perjalanan hidup
Prof. Dr. Isma‘il Al-Faruqi memberikan suatu pelajaran indah: medan perjuangan
tidak hanya di medan pertempuran saja dan daya gentar perjuangan intelektual
kadang tidak kalah kuat dampaknya ketimbang perjuangan lewat senjata. Kiranya,
perjuangan sang ilmuwan, di pentas perjuangan intelektual, ada yang
meneruskannya!
No comments:
Post a Comment