Wednesday, July 16, 2014

AL-FARUQI:
Ilmuwan Palestina yang Memilih Berjuang Lewat Pena

Beberapa hari terakhir, nyaris setiap hari saya mengikuti channel tivi Al-Jazeera, untuk menyimak berita dengan topik berjudul “Gaza under Fire”. Entah kenapa, ketika sedang mengikuti perkembangan menyedihkan yang menimpa kawasan Gaza, Palestina,   sebuah negara di kawasan Timur Tengah ini  berbatasan dengan  Sungai Jordania di sebelah timur, Laut Tengah di  sebelah barat,  Lebanon  di  sebelah utara, dan  Gurun  Sinai  dan  Teluk Aqabah  di sebelah selatan itu tiba-tiba ingatan saya “melayang-layang” jauh ke sana. Dan, tidak lama kemudian teringat seorang ilmuwan Muslim Palestina yang berpulang 27 tahun yang silam, pada bulan Ramadhan seperti saat ini. Ilmuwan itu tidak lain adalah Prof. Dr. Isma‘il Raji Al-Faruqi.

Kini, bagaimanakah kisah hidup sang ilmuwan?

Seorang pakar keislaman terkemuka  yang pendiri  Pusat  Pengkajian Islam di Universitas  Temple,  Amerika Serikat  ini  lahir di Jaffa, Palestina pada Sabtu,  21  Rabi‘ Al-Akhir  1339  H/1 Januari 1921  M.  Selepas merampungkan  pendidikannya  di Sekolah Dominika Perancis, de  Freres,  di  Lebanon, putra  seorang  qâdhî dan ulama, ‘Abdul Huda  Al-Faruqi,  ini memasuki Universitas Amerika di Beirut. Lantas, selepas  menyabet gelar  sarjana muda, tokoh kita ini menjadi pegawai pemerintah  Palestina  di bawah  mandat  Inggris  dan kemudian  diangkat  menjadi  Gubernur Galilea.  Ketika  wilayah itu jatuh ke tangan Israel, maka pada 1368 H/1948 M ia berhijrah ke Amerika Serikat.

Di  negara  adidaya  itu penulis lebih dari dua  puluh  buku  ini menapaki  dunia akademis. Pada 1369 H/1949 M ia  berhasil meraih gelar Master of Arts (MA) dari Universitas Indiana.  Gelar master of arts kedua  ia  dapatkan dari Universitas  Harvard  dengan  judul  On Justifying  the  Good:  Metaphysic  and  Epistemology  of  Value. Lantas,  gelar  Ph.D  ia peroleh pada  Dzulhijjah 1371 H/September  1952  M  dari Universitas  Indiana.  Selepas merampungkan program  sarjana, ia kemudian menimba ilmu di Al-Azhar, Kairo, Mesir selama sekitar empat tahun (1954-1958 M).

Perjalanan  hidup  presiden dua kali The  Association  of  Muslim Social  Scientists,  yang didirikannya pada 1392  H/1972  M,  ini kemudian  lebih banyak terarah pada dunia akademis. Antara  lain, misalnya,  pada  1379  H/1959  M  ia  menjadi  staf  pengajar  di Universitas  McGill,  Montreal, Kanada.  Selanjutnya,  dua  tahun kemudian,  ia  terlibat  dalam  kegiatan  Central  Institute  for Islamic  Research,  Pakistan. Dua tahun  kemudian  ia  menapakkan kakinya   di  Universitas  Chicago,  sebagai  guru  besar.   Dari universitas tersebut, ia kemudian pindah ke Universitas Syracuse.

Di sisi lain, selepas menjadi seorang ilmuwan, putra Palestina ini senantiasa berusaha mengabdikan dirinya dalam usaha memartabatkan kembali ilmu-ilmu Islam atau lebih terkenal sebagai Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Tidak aneh jika ia tidak pernah lelah dalam menggemakan gerakan perjuangan intelektual. Dengan kata lain, suatu gerakan ilmiah yang mengajak umat Islam agar giat memelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Untuk itu, ia berusaha memanfaaatkan dan menyelaraskan khazanah warisan ilmiah Islam dengan ilmu-ilmu modern. Tujuannya adalah untuk melahirkan suatu sintesia ilmu yang begitu berharga: paduan antara antara ilmu-ilmu wahyu dan ilmu-ilmu rasional.

Selepas dari Universitas Syracuse, ternyata   Universitas  Temple  menjadi  universitas  terakhir   yang menerima kehadirannya sebagai guru besar hingga ia tewas  bersama istrinya,  Lois  Lamya Al-Faruqi, pada tengah  malam  Selasa,  18 Ramadhan  1406  H/27  Mei  1987  M,  di Wyncote,  Pennsylvania,  Amerika Serikat oleh  seseorang yang tidak dikenal. Sedangkan putrinya, Anmar Al-Zein, meski mengalami banyak luka di tubuhnya, nyawanya terselamatkan.

Selain sebagai ilmuwan, salah  seorang pelopor pendirian The International  Institute  of Islamic  Thought  ini juga seorang penulis yang produktif. Karya-karya tulisnya, antara lain, adalah Tawhid: It’s Implications for Thought and Life, Islamization of Knowledge, Christian Ethics: A Historical and Systematic Analysis of Its Dominant Idea,, Trialouge of the Abrahamic Faiths, The Life of Muhammad, Urubah and Religion, Particularisme in the Old Testament and Contemporary Sect in Judaism, The Great Asian Religion, dan Historical Atlas of the Religions of the World, dan The Cultural  Atlas  of  Islam, sebuah  karya  yang  ia susun bersama istrinya, Lois Lamya Al-Faruqi.

Perjalanan hidup Prof. Dr. Isma‘il Al-Faruqi memberikan suatu pelajaran indah: medan perjuangan tidak hanya di medan pertempuran saja dan daya gentar perjuangan intelektual kadang tidak kalah kuat dampaknya ketimbang perjuangan lewat senjata. Kiranya, perjuangan sang ilmuwan, di pentas perjuangan intelektual, ada yang meneruskannya!


No comments: