APJ
ABDUL KALAM:
Ilmuwan
Muslim ‘Nyentrik’ yang Bapak Bom Nuklir India
Dream
is not what you see in sleep
Dream
is the thing which does’nt let you sleep
dan
One
best book is equal to hundred friend
And,
one good friend is equal to a library
Entah kenapa, ketika saya menemukan kata-kata indah tersebut, hati dan
benak saya begitu membara untuk segera mencari sumbernya. “Oh, ternyata,
kata-kata indah ini berasal dari seorang ilmuwan Muslim terkemuka asal India
yang pernah menjadi orang nomor satu, alias presiden, negeri yang berpenduduk
lebih dari satu miliar itu,” gumam bibir saya ketika tahu siapa pemilik
kata-kata indah tersebut.
Kemudian, ketika me“melototi” foto-foto ilmuwan yang satu ini, entah
kenapa saya begitu lama termenung dan terkesima. Tampilan ilmuwan yang satu ini
benar-benar nyleneh dan nyentrik: rambutnya berwarna keperak-perakan dan gondrong sampai
ke pundak, pancaran keduanya matanya begitu hidup, tangan kanannya kadang
mengepal ketika sedang memberikan sambutan, senyumnya yang dihiasi gigi-gigi yang masih
lengkap dan putih tampak begitu tulus, dan ke mana-mana senantiasa mengenakan
sandal. Entah kenapa, melihat foto-foto ilmuwan yang mendapat sebutan Missile
Man (Orang Rudal) ini, saya teringat Abu Hamid Al-Ghazali, seorang
ulama raksasa yang terkenal dengan karya masterpiecenya Ihyâ’ ‘Ulûm
Al-Dîn.
Baiklah, kini,
bagaimana kisah hidup ilmuwan yang tampilannya nyleneh dan nyentrik
ini?
Ternyata, ilmuwan
Muslim terkemuka India yang disebut sebagai
“Bapak Program Rudal India”
dan populer disebut Missile Man (Orang Rudal) ini
presiden Muslim ke-3 dari 12 putra India
yang pernah menduduki jabatan terhormat itu. Sang ilmuwan
menduduki jabatan bergengsi itu selepas meraih 4.152 dari
4.785 suara yang ada di parlemen. Jabatan
bergengsi itu ia raih pada Kamis,
7 Jumada Al-Awwal 1423 H/18 Juli 2002 M. Dua presiden
Muslim India lainnya adalah Dr.
Zakir Husain dan Dr. Fakhruddin Ali Ahmed.
Putra pasangan
suami-istri Jainulabdeen Marakayar,
seorang Muslim Tamil yang pemilik sejumlah
perahu, dan Ashiamma (keturunan seorang Bahadur) serta bernama
lengkap Avul Pakir Jainulabdeen Abdul Kalam ini lahir pada
Kamis, 3
Jumada Al-Tsaniyyah 1350 H/15
Oktober 1931 M. Ia lahir dalam lingkungan sebuah
keluarga kelas menengah
di Dhanushkodi, Rameshwaram,
kota pelabuhan di ujung selatan anak benua India. Di kota pelabuhan itulah
akademisi yang pemakan
sayur-sayuran (vegetarian) ini mengawali
pendidikannya di sebuah sekolah desa: Sekolah “Samiyar”.
Murid Prof.
Sponder, Prof. KAV Pandalai, Prof. Narasingha,
dan Prof. Vikram Sarabhai yang
biasa muncul di hadapan publik hanya
dengan mengenakan kemeja lengan pendek
dan bersandal ini mulai meniti
karier sebagai penjaja surat
kabar. Ia kemudian meraih gelar
sarjana di bidang
teknik penerbangan dari Madras
Institute of Technology. Lantas, pada 1960-an,
ia mulai bekerja pada Pusat Antariksa Vikram Sarabhai di Negara Bagian Kerala,
tetangga Tamil Nadu dan menjadi salah seorang dari tiga tenaga insinyurnya yang pertama. Kala itu,
ia
memainkan peran penting dalam perjalanan lembaga itu untuk
menjadi sebuah pusat riset
antariksa paling bergengsi di India. Lembaga ini
berfungsi untuk membantu pengembangan
kendaraan peluncur satelit buatan dalam negeri yang pertama di India.
Dalam perjalanan
hidupnya selanjutnya, tokoh yang
hidup membujang dan membiarkan rambut warna
peraknya tumbuh gondrong sampai ke pundak serta menjadikannya
bagian dari ciri khasnya
ini memainkan peran
yang amat penting
dalam perencanaan dan pelaksanaan lima kali uji coba nuklir bawah tanah
India pada 1419 H/1998 M. Tidak aneh jika akhirnya hal itu menjadikannya seorang tokoh peraih ‘Bharat Ratna’ atau Bintang India, tanda
penghargaan tertinggi
Pemerintah India bagi warga sipil.
Sumbangannya yang besar pada
program ruang angkasa India, termasuk program satelit,
rudal, senjata nuklir, dan proyek
pesawat tempur ringan, membuat para
ilmuwan India memberinya
penghormatan dengan menyebutnya sebagai “Bapak Bom Nuklir India”.
Selepas tidak
menjadi orang nomor satu India, ilmuwan yang menerima tidak kurang dari 40 gelar
doctor honoris causa dari berbagai universitas di berbagai penjuru dunia
ini tetap aktif di dunia ilmu pengetahuan yang ia tekuni. Meski sibuk, ilmuwan
yang pada tahun ini, 2014, menerima penghargaan doctor of science dari
Universitas Edinburg, Inggris ini masih sempat menyusun karya-karya tulis.
Antara lain Developments in Fluid Mechanics and Space Technology, India 2020: A Vision for
the New Millennium, Wings of Fire:
An Autobiography, Ignited Minds: Unleashing the Power Within India, The Luminous Sparks, Mission India, Inspiring Thoughts, Indomitable, Envisioning an Empowered
Nation, You
Are Born To Blossom: Take My Journey Beyond, Turning Points: A journey through challenges, Target 3 Billion, My Journey: Transforming
Dreams into Actions, A
Manifesto for Change: A Sequel to India.
Perjalanan
hidup ilmuwan yang nyentrik, cerdas, energik, inspirator, dan motivator
piawai ini memberikan suatu pelajaran indah: jangan mudah terbuai oleh
pencitraan dan tampilan yang ‘menyilaukan’ yang kerap memerdayakan. Dan, kini,
mari kita simak sejenak pesan indah lain mantan presiden India ini, “If you
fail, never give up because F.A.I.L. means ‘First Attempt In Learning’. End is not
the end, in fact E.N.D means ‘Effort Never Dies’. And if you get No answer,
remember N.O. means ‘Next Opportunity’. So, let’s be positive.”
Pesan
yang indah. Terima kasih, Prof. Dr. APJ Abdul Kalam!
1 comment:
Luar Biasaaa!! terimakasih infonya, sangat bermanfaat
Post a Comment