KHURSHID AHMAD:
Pakar
Ekonomi Islam yang Pantang Menyerah dan Putus Asa
Jika Anda sedang
berada di berbagai kota besar di Indonesia, di berbagai jalan di kota-kota
tersebut kini tegak bank-bank syariah. Hal yang demikian itu tentu tidak akan
dapat Anda “nikmati” sekitar 15 tahun yang lalu. Memang, usia perbankan Islam,
alias perbankan syariah, belumlah panjang: baru sekitar 70 tahun. Di sisi lain,
hingga kini masih banyak orang yang tidak mengetahui sejarah perkembangan bank
Islam dan para tokoh yang berjuang untuk merealisasikan konsep ekonomi Islam.”
Kini,
bagaimanakah sejarah perkembangan bank Islam?
Lembaran sejarah
menorehkan, bank Islam, alias lembaga keislaman yang dilaksanakan berdasarkan
sistem ekonomi dan keuangan yang selaras dengan syariah Islam, pertama-tama baru diuji sekitar setengah abad yang silam.
Uji coba itu mulai dilaksanakan di India pada tahun-tahun 1940-an.
Kemudian, uji coba itu diikuti
Islamic Agricultural Saving Bank in
Egypt (IASBE) yang pertama kali dirintis di kota kecil Mit
Ghamr, Mesir pada 1383 H/1963 M, dalam bentuk Bank Tabungan Islam, atas bantuan
Raja Faisal dari Arab Saudi. Ternyata, bank yang dirancang sebagai
paduan antara sistem tabungan bank Jerman dan prinsip perbankan
yang tidak bertentangan dengan syariah Islam serta dipimpin Ahmed El Najjar
ini mendapat sambutan baik dari
masyarakat setempat. Sehingga, antara 1385-1387 H/1965-1967 M ada 11 bank Islam lainnya dibuka. Tetapi,
Bank Islam itu kemudian ditutup pemerintah Mesir atas alasan politik.
Meski demikian, berbagai usaha untuk mendirikan bank Islam tetap dilakukan. Maka,
pada 1394 H/1974 M, Bank
Pembangunan Islam (Islamic
Development Bank) didirikan
di Jeddah, Arab
Saudi, untuk membantu
program-program pembangunan ekonomi di kalangan negara-negara yang anggotanya sesuai
dengan ajaran Islam. Dalam
perjalanan waktu selanjutnya, antara 1352-1401 H/1972-1981
M, satu persatu Bank Islam berdiri berbagai di
berbagai negara, seperti Dubai Islamic Bank (1395 H/1975 M) yang didirikan
atas kerjasama kalangan
pengusaha-pengusaha Muslim di
seluruh Dunia Islam, Faisal Islamic Bank of Egypt (1395 H/1975 M),
Jaame Bank Ltd (1396 H/1976 M), Faisal Islamic Bank of Sudan (1397
H/1977 M), Islamic Investment
Company (1397 H/1977 M), Islamic Banking
System of Luxemburg (1398 H/1978 M), Jordan Islamic
Bank for Finance & Invetsment
(1398 H/1978 M), Bait al Tamweel al
Kuwaiti (1399 H/1979 M), Bahrain
Islamic Bank (1399 H/1979 M), Iranian Islamic Bank
(1400 H/1980 M), Islamic Investment
Bank & Development (1400
H/1980 M), dan Islamic Institution
Bank of Bangladesh (1402 H/1982
M).
Selepas berdirinya bank-bank Islam tersebut,
perbankan Islam yang diwarnai dengan penghapusan rente atau
bunga untuk pinjam meminjam ini
kian mengepakkan sayapnya ke
berbagai belahan dunia. Operasinya
meliputi negara-negara Islam
maupun bukan negara-negara Islam. Tidak peduli bagaimana sistem
politik dan ekonominya. Sejumlah
bank ini merebak di negara
bukan Islam termasuk Inggris,
Denmark, dan Swiss yang terkenal sebagai
pusat perbankan
konvensional. Usaha menembus
pasar yang lebih
luas pun dilakukan. Al-Baraka,
sebuah kelompok dari
Arab Saudi umpamanya, memiliki
outlet di London.
Di tempat
yang sama kelompok Al-Rajhi
dari negara yang sama
mendirikan Al-Rajhi Company for Islamic Investment. Sementara Dar al-Maal al-Islami di
Jenewa dan bertindak sebagai saluran bagi
kelompok Islamic Bank untuk kawasan Eropa. Di pasar internasional
pula pada 1990, Bank Islam Malaysia
Berhad,
yang didirikan pada
1403 H/1983 M,
mengadakan kerja sama pembiayaan dengan British Shell.
Pertumbuhan yang
cepat bank-bank Islam dan jumlah penduduk Muslim yang besar
memang merupakan salah satu pemicu
bertumbuhannya bank-bank
tersebut. Dan,
keberhasilan bank-bank tersebut malah kemudian mendorong bank-bank konvensional untuk membuka semacam “Islamic Windows”, tempat
mereka menawarkan kepada para nasabah
jasa-jasa perbankan yang mengikuti teknik pembiayaan Islami.
Di sisi lain,
pertumbuhan dan perkembangan bank Islam tidak lepas dari jasa banyak pihak.
Termasuk jasa para ulama dan ilmuwan Muslim yang menaruh perhatian besar
terhadap ekonomi Islam dan bank Islam. Salah satu para ilmuwan Muslim tersebut
adalah Khurshid Ahmad.
Siapakah
Khurshid Ahmad ini?
Ilmuwan Muslim
asal Pakistan yang terkenal sebagai pakar di bidang ekonomi
Islam dan peraih Hadiah
Internasional Raja Faisal di bidang
Pengabdian terhadap Islam tahun
1410 H/1990 M ini lahir di Delhi,
India pada Rabu, 15 Dzulqa‘dah 1350 H/23 Maret 1932 M. Sejak
dini, penerima beberapa gelar
doktor “honoris causa” di bidang ekonomi ini
telah menaruh perhatian besar
terhadap masalah-masalah ekonomi, kegiatan keislaman, dan
gerakan-gerakan pembaharuan dalam Islam. Selain
mengajar di berbagai universitas
di negerinya, seperti halnya Urdu
College dan Universitas
Karachi, peraih
gelar doktor dari Universitas Leicester, Inggris ini juga pernah mendapat kepercayaan sebagai Menteri
Perencanaan dan Pembangunan, selain sebagai anggota Senat Pakistan.
Di sisi
lain, pendiri Islamic Research Academy,
Pakistan dan mantan Direktur
Jenderal The Islamic Foundation,
Inggris yang berpendapat bahwa Islam merupakan perwujudan aturan hidup
yang telah diwahyukan Allah
dan sekaligus menjadi pedoman
umat manusia ini juga aktif dalam sederet organisasi dan
kegiatan internasional di
berbagai negara. Antara lain Royal
Academy of Islamic Civilization
di Yordania, King Abdul Aziz University
di Arab Saudi, International Islamic University, Pakistan, dan
Christian-Muslim Dialogue, Swiss.
Selain itu, penerima award pertama di bidang ekonomi dari Bank Pembangunan Islam dan La-Riba Prize dari
American House ini juga seorang penulis
yang produktif. Karya-karya tulisnya, baik
dalam bahasa Inggris maupun
Urdu, antara lain adalah Proportional
Representation and Revival of the Political Process, Studies in Islamic
Economics, Towards Monetary and Fiscal System of Islam,Budget 1980-81, Need for
A New Strategy, Pakistan’s Economic Challenge and the Budget, Proportional
Representation, Islam: Its Meaning and Message,Islamic Perspectives-Studies in
Honour of Sayyid Abul A’la Mawdudi, The Qur’an: Basic Teachings, Leicester,
Family Life in Islam, Leicester, Islam and the West, Fanaticism, Intolerance
and Islam, The Religion of Islam, Principles of Islamic Education, Essays on
Pakistan Economy, Studies in the Family Law of Islam, An Analysis of the Munir
Report, Lectures on Economics: An Introductory Course, Economic Development in
an Islamic Framework, Maulana Mawdudi: An Introduction to His Vision of Islam
and Islamic Revival, Christian Mission and Islamic Dawah, The Holy Quran: An
Introduction, The Prophet of Islam, The Position of Woman in Islam, Islamic Approach
to Development : Some Policy Implications, Islamic Resurgence: Challenges,
Directions & Future Perspectives, The Crisis of Political System in
Pakistan and The Jama’at-e-Islami, Islam Basic Principles & Characteristics,
The Contemporary Economic Challenges and Islam, Islami Nazriya-e-Hayat, Socialism
Ya Islam, Nazriya-e-Pakistan aur Islam, Tazkara-e-Zindan, Tehrik-e-Islami: Shah
Waliullah se Allama Iqbal Tak, Pakistan, Bangladesh aur Junoobi Asia Ki
Siyasat, Pakistan mein A’ein Ki Tadween aur Jamhuriyyat Ka Mas’ala, Adbiyat-e-Mawdudi,
Quran Number, Islami Qanoon, Tehrik-e-Islami: Eik Tarikh, Socialism, Ta’aruf
JamaĆat-e-Islami Pakistan, Elan-e-Tashkand, Nazariya-i-Pakistan, Fikro Nazar Ki
Ghalti, Nizam-e-Ta‘leem, Taraqqiyati Policy ki Islami Tashkeel, Ahya-e-Islam:
Masail aur Mustaqil ke Imkanat, Jamhuriyat, Parliament aur Islam, Pakistani
Siyasat aur A’een, Pakistan mein Nifaz-e-Islam, dan Islami Tehreek: Darpesh
Challenge.
Betapa produktif
ilmuwan yang kini menjabat Rektor Markfield Institute of Higher Education,
Leicester, Inggris dan anggota Senat Pakistan ini dalam menulis karya-karya
tulisnya. Dan, perjuangan dan usaha yang tidak kenal menyerah, untuk
merealisasikan suatu ide, itulah salah satu pelajaran indah yang dipesankan
ilmuwan yang satu ini. Pelajaran indah yang patut disimak dan diteladani!
No comments:
Post a Comment