BINT
AL-SYATHI’:
Ilmuwan Perempuan Pertama Penerima Hadiah
Internasional Raja Faisal
Hadiah Nobel, tentu
Anda tahu. Hadiah Internasional Raja Faisal, tahukah Anda? Mungkin, tidak
banyak yang tahu.
Hadiah
Internasional Raja Faisal adalah hadiah yang diberikan
King Faisal Foundation atau Al-Mu’assasah Al-Malik
Faishal Al-Khairiyah. Hadiah ini
pertama kali diberikan pada 1399 H/1979 M.
Semula, hadiah ini diberikan
kepada para tokoh dan ilmuwan yang
berjasa dalam bidang-bidang pengabdian terhadap Islam, kajian keislaman,
dan sastra Arab.
Lantas, bidang-bidang tersebut
diperluas, sehingga kemudian
meliputi pula bidang-bidang kedokteran (1401 H/1981 M) dan
sains (1402 H/1982 M). Para calon
pemenang diseleksi pada setiap
Januari/Februari dan hadiah diserahkan pada setiap Maret dalam suatu upacara yang dilangsungkan
di Riyadh, Arab Saudi.
Modal
pertama sebesar satu milyar riyal
lembaga yang dipimpin delapan putra-putra Raja Faisal ini diberikan oleh
para pewaris sang raja kepada lembaga tersebut dan sumbangan lainnya. Selain memberikan Hadiah
Internasional Raja Faisal, lembaga ini juga
membiayai rumah sakit,
lembaga pendidikan dan ilmu
pengetahuan, memberikan bea
siswa, dan meningkatkan tingkat
penghidupan kaum papa. Terutama di negara-negara berkembang.
Pemberian hadiah
ini dimaksudkan, antara
lain, untuk mengembangkan dan menghargai karya para tokoh,
cendekiawan, dan ilmuwan yang menonjol
dalam pengabdian kepada Islam dan umatnya, kajian keislaman,
sastra Arab, bidang
kedokteran, dan sains. Calon-calon pemenang diajukan atau
diusulkan oleh lembaga-lembaga ilmu
pengetahuan seperti
universitas-universitas dan lembaga-lembaga lainnya.
Pencalonan secara pribadi
tidak diterima, kecuali diusulkan
oleh sebuah lembaga resmi. Demikian
halnya calon dari partai
politik juga tidak
diterima. Pencalonan
diajukan dengan memaparkan tentang darma
bakti dan karya calon dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan data-data pribadi yang bersangkutan.
Nah, di antara para ilmuwan yang
menerima Hadiah Internasional Raja Faisal ini adalah Prof. Dr. ‘A’isyah
Muhammad ‘Ali ‘Abdurrahman yang lebih terkenal dengan nama samarannya:
Bint Al-Syathi’. Kini, siapakah Bint Al-Syathi’ (secara harfiah berarti “Gadis
Pesisir”) ini?
Penulis dan pakar
terkemuka di bidang bahasa dan sastra Arab ini lahir
di Dimyath, Mesir pada Sabtu, 5 Syawwal 1331 H/6 September 1913
M. Putri seorang ulama lulusan Al-Azhar ini, seperti
anak-anak seusia dengannya di Negeri Piramid, mulai
meniti jalur pendidikan
di surau,
yang di negerinya disebut kuttâb (Taman
Pendidikan Al-Quran),
di kota kelahirannya. Selepas
itu, ia memasuki sebuah
pendidikan di Kota Manshurah. Selama
meniti pendidikan di kota terakhir itu, ia mulai tertarik dengan dunia
tulis menulis.
Kemampuan di
bidang tulis menulis ‘Aisyah ‘Abdurrahman
kian
terarah dan terasah selepas ia memasuki dunia
pendidikan tinggi di Kairo. Ia pun kian
rajin menulis di berbagai media massa,
seperti Al-Ahrâm, Kaukab Al-Syarq, Al-Balâgh, dan Al-Hilâl, dengan
nama samaran Bint Al-Syâthi’ (Perawan Pesisir).
Dengan bergulirnya waktu, nama samaran itu melekat pada nama pemegang
gelar doktor dari Universitas
Raja Fuad I (kini
Universitas Kairo) dengan disertasi tentang
telaah kritis terhadap sebuah
karya seorang sastrawan Muslim terkemuka pada masa pertengahan, Abu
Al-‘Ala’ Al-Ma‘arri: Risâlah Al-Ghufrân, di bawah bimbingan Dr Thaha Husain.
Perjalanan hidup
selanjutnya istri seorang
pemikir Muslim terkemuka Mesir,
Amin Al-Khuli (yang menikahinya
pada 1364 H/1944 M),
ini kian syarat dengan kegiatan
ilmiah. Selain menjadi guru
besar di Universitas ‘Ain Syams,
Kairo, ia
juga juga menjadi guru
besar tamu di sejumlah
universitas terkemuka di Timur
Tengah. Antara
lain di Universitas Umm Durman,
Sudan, Universitas Qarawiyyin di
Fez, Maroko, dan
Universitas Algiers, Aljazair.
Di sisi lain, Bint Al-Syathi’ juga tetap menggeluti dunia tulis
menulis yang telah ia bina
sejak muda usia. Sehingga,
lewat tangannya sampai ia berpulang kepada Sang Pencipta
pada Selasa, 11 Sya‘ban 1419 H/1
Desember 1998 M, lahir sederet karya tulis yang
sebagian di antaranya telah diterjemahkan ke dalam sejumlah bahasa dunia.
Antara lain Al-Qur’ân wa Qadhâya Al-Insân,
Al-Tafsîr Al-Bayânî li Al-Qur’ân
Al-Karîm, Al-Qur’ân wa Hurriyah Al-Irâdah,
Al-Syâ‘irah Al-‘Arabiyyah
Al-Mu‘âshirah, Nisâ’ Al-Nabî, Tardîm Sayyidât Bait Al-Nubuwwah, Qirâ’ah fî Watsâ’iq
Al-Bahâ’iyyah, Al-Khansâ’, dan ‘Alâ
Al-Jisr, Bain Al-Hayâh wa Al-Maut: Sîrah Dzâtiyyah. Karena jasa-jasanya tersebut, akhirnya pada 1414 H/1994 M ia menerima Hadiah
Internasional Raja Faisal di bidang Sastra Arab.
Perjalanan hidup
ilmuwan yang satu ini memberikan kita sebuah pelajaran: tidak hanya ilmuwan
pria saja yang tampil di pentas ilmiah. Kaum perempuan pun, kini, tampil di
arena yang sama. Selain itu, Bint Al-Syathi’ dapat dikatakan merupakan sedikit
di antara para ilmuwan Muslimah dari Dunia Islam yang menulis perikehidupan
Nabi Muhammad Saw. Kiranya, langkahnya tersebut dilanjutkan para ilmuwan
Muslimah lainnya. Kiranya demikian!
No comments:
Post a Comment