Friday, July 4, 2014

AL-MARBAWI:
Penyusun Kamus Arab-Melayu Generasi Pertama

Ketika sedang menimba ilmu di program pascasarjana di Universitas Kairo, Mesir, pada awal tahun 1980-an, saya di bawah bimbingan Prof Dr Ahmad Shalaby (almarhum), seorang pakar terkemuka di bidang sejarah dan kebudayaan Islam di Timur Tengah. Dalam bimbingan itu, saya bersama dua sahabat dari Malaysia. Kedua sahabat tersebut adalah Dr Wan Ahmad (almarhum), yang kemudian menjadi pensyarah (dosen) di Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, dan Dr Zaki Ahmad Brahim, yang kemudian menjadi pensyarah di Universiti Malaya, Kuala Lumpur.

Hubungan saya dengan mereka berdua dapat dikatakan seperti saudara. Karena itu, saya kerap berkunjung ke tempat tinggal Dr Wan Ahmad yang berasal dari Kelantan. Beliau (yang juga pernah menimba ilmu di Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, seperti halnya saya), kala itu, tinggal di sebuah flat di kawasan ‘Atabah, di antara Terminal Bus ‘Atabah dan Masjid Al-Azhar serta tidak jauh dari Medan Opera yang ditandai dengan patung Ibrahim Pasya (1203-1264 H/1789-1848 M) yang sedang naik kuda dengan gagahnya seraya mengacungkan tangan kanannya: sebuah patung buah karya  Charles Henri Joseph Cordier (1242-1323 H/1827-1905 M).  

Suatu hari, ketika sedang berkunjung ke flat Dr Wan Ahmad, yang tidak jauh dari Al-Azhar Str., sebuah jalan yang “menyembunyikan” suatu kekayaan kultural dan arsitektural Islam yang sangat kaya, tiba-tiba beliau bertanya, “Apa Rofi’ pernah tengok tempat tinggal Syeikh Muhammad Idris bin ‘Abdurrauf Al-Marbawi? Jika belum pernah, mari kita tengok tempat tinggal beliau. Beliau tinggal tidak jauh dari sini.”

Tentu, betapa gembira saya diajak berkunjung ke tempat tinggal seorang ulama terkemuka Malaysia yang  pakar  di bidang bahasa Arab, ilmu hadis, tafsir Al-Quran, dan  fikih yang namanya berpendar lewat karyanya, Al-Qâmûs Al-Marbawî, karena saya belum pernah berkunjung ke tempat tinggal beliau. Segera, kami pun berkunjung ke tempat tinggal ulama yang kamus susunannya telah saya miliki ketika saya sedang menimba ilmu di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta pada tahun-tahun 1970-an.

Kini, siapakah jati diri penyusun kamus Arab-Melayu tersebut?

Lahir  di  Misfalah, Makkah  pada  Selasa, 28  Dzulqa‘dah  1313  H/12 Mei 1896 M, Al-Marbawi pertama-tama menimba ilmu  di Kota  Suci itu. Kala berusia 10 tahun, ia telah hapal  16  juz Al-Quran,  di samping beberapa kitab lain. Tiga tahun  kemudian, tepatnya  pada 1333 H/1913 M, ia pulang ke tanah airnya bersama keluarganya.

Setiba  di  Malaysia,  Al-Marbawi  muda  mendapat  pendidikan pertama  di  Sekolah  Melayu Lubuk Merbau  (dari  sinilah  asal sebutan “Al-Marbawi” baginya), Perak. Selepas itu, ia  melanjutkan pendidikannya di sejumlah sekolah pondok, seperti Sekolah  Pondok Syaikh Wan Muhammad di Bukit Chandan, Kuala Kangsar, Pondok  Tuan Hussain  Al-Masudi di Kedah, Pondok Syaikh Ahmad Fatani di  Bukit Mertajam, dan Pondok To’ Kenali di Kelantan. Seusai menimba  ilmu di sekolah-sekolah tersebut, ia kemudian bertugas sebagai guru di Perak.

Merasa  kurang  puas dengan ilmu yang ia dapatkan kala  itu,  Al-Marbawi lantas merantau ke Kairo, Mesir, untuk memasuki Universitas Al-Azhar. Gelar al-‘âlimiyyah  ia raih pada 1343 H/1924 M. Selepas itu, ulama   yang   mendapat  anugerah   “Ijazah   Kehormatan   Doktor Persuratan”  dari Universiti Kebangsaan Malaysia ini menetap  di Kota  Piramid itu hingga menjelang berpulang ke hadirat Allah. Ketika masih sebagai mahasiswa Universitas Al-Azhar, ia juga ikut serta membidani terbitnya jurnal Seroean Azhar, bersama sejumlah mahasiswa Indonesia, antara lain Mahmud Junus, Iljas Jacub, Raden Fathurrahman, dan Djanan Thaib. Penerbitan jurnal tersebut dimaksudkan untuk membangun kesatuan dan kemajuan bangsa, penyebaran ilmu, dan penyaluran sikap anti-penjajahan.

Selama bermukim  di kota yang didirikan seorang panglima Dinasti Fathimiyyah, Jawhar Al-Shiqqili, itu pulalah ulama yang kerap berkelana ke berbagai kawasan Timur Tengah ini menyusun sebuah  kamus  Arab-Melayu  pertama  yang membuat namanya berpendarAl-Qâmûs  Al-Marbawi. Kamus ini pertama kali diterbitkan pada 1356 H//1937 M.  Sejatinya, semula karya itu disusun bersama dua orang lain, yaitu Syeikh Juneid Tola dan Syeikh Thahir Jalaluddin. Tetapi, kedua orang tersebut kemudian pulang ke negeri mereka. Karena itu, akhirnya, kamus itu diselesaikan Al-Marbawi sendirian.

Di  samping kamus  yang  hingga dewasa ini masih banyak dipakai  di  berbagai lembaga  pendidikan di Asia Tenggara tersebut, ulama yang berpulang di Ipoh, Perak, Malaysia pada Jumat, 12 Rabi‘ Al-Awwal 1410 H/13 Oktober 1989 M ini  juga  menyusun sejumlah karya tulis. Antara lain Kitâb Bahr Al-Madhi, Tafsîr  Al-Qur’ân  Al-Marbawi, Syarh Kitâb Bulûgh Al-Marâm, Kitâb Jâmi‘ Al-‘Ulûm, Ushûl Al-Islâm, Nizhâm Al-Hayah, dan Mu‘jam Al-Kâ’inât.


Perjalanan hidup tokoh kita kali ini  sekali lagi mengukuhkan, dunia tulis menulis sejatinya sangat lekat dengan kehidupan para ulama dan ilmuwan Muslim terkemuka. Di mana pun dan kapan pun!

No comments: